Bersikap baik adalah perintah agama bahkan menjadi fitrah kemanusiaan. Kebaikan telah melekat pada diri manusia semenjak awal penciptaannya. Inilah alasan mengapa setiap orang pasti merasa bahagia dan senang dikala melihat seorang bayi. Karena pada diri bayi ada kefitrahan kebaikan itu. Sehingga meresonansikan kebaikan pada orang lain berupa sikap senang saat berinteraksi dengan si bayi. Namun lambat laun kebaikan itu bergerak sejalan perkembangan lingkungan yang membesarkannya. Dan Islam mengajarkan kebaikan kepada ummat manusia serta menjaga fitrah kebaikan itu agar tetap ada bersemayam dalam dirinya dan kehidupan, tidaklah berubah fitrah kehidupan itu selamanya. Sebagaimana di Firmankan oleh Allah swt.
خفَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, ( QS. Ar-Rum, : 30)
Fitrah kebaikan melekat pada agama yang lurus ini (Haniif) yaitu islam. Berislam berarti bersedia pasrah untuk tunduk pada nilai kebaikan. Untuk itu melakukan kebaikan atau Berbuat baik serta menjadi orang tidaklah berbatas waktu, haruslah terus mewarnai seluruh hidupnya. Sekalipun kebaikan yang dilakukannya selama ini berbalas dengan keburukan sikap dari orang lain. Demikianlah Allah swt menguji orang yang melakukan kebaikan untuk mengetahui kualitas dirinya, apakah kebaikannya benar-benar murni ataukah hanyalah sebuah kepalsuan. Kesabaran adalah cara memoles kebaikan akan tampak lebih berkilau dan menyinari kegelapan hati yang dipenuhi oleh niat buruk dan jahat. Demikianlah Allah berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)
Berdasarkan informasi ayat tersebut bahwasanya sifat baik hanyalah milik mereka yang secara istiqomah menampilkan terus kebaikan sekalipun dirinya merasa terus disakiti dan tidaklah merubah sedikitpun dari dirinya untuk tetap menampilkan kebaikan, itulah jiwa-jiwa yang sabar. Demikianlah yang ditampilkan oleh perilaku indah Nabi Muhammad saw, yang selalu menampilkan kebaikan dirinya sekalipun terus disakiti oleh kalangan kaum kafir bahkan disaat nabi memiliki kuasa untuk membalasnya sekalipun.
Pelajaran dari Islam ini berbeda jauh dari profil figur khayalan para kaum kuffar yang ingin merusak pemikiran kaum muslimin khususnya yang lemah imannya dengan figur JOKER. Yaitu suatu karakter yang pada awalnya dia orang baik namun kemudian menjadi jelek dan buruk sikap atau jahat karena kebaikannya selama ini tidak dipedulikan. Hal ini tentu adalah suatu konsep yang salah dan jauh dari nilai Islam. Bahkan tidak sedikit dari kalangan kaum muda atau ummat islam yang lemah dan dangkal aqidah serta pemahamannya tentang Islam dengan serta merta meniru perilaku Joker ini karena seakan dianggap baik dan benar secara logika, padahal sejatinya perilaku yang demikian amatlah jauh dari nilai-nilai sikap seorang muslim. Namun karakter joker dengan sengaja diproduksi dan disebarkan pada kalangan kaum muslimin untuk merusak perilaku ummat agar menjadi buruk sebagaimana yang mereka inginkan. Sebab mereka kaum kafir tidak rela dan akan terus berupaya untuk memadamkan cahaya Allah dengan segala cara dan daya upaya.
Kebaikan haruslah terus diupayakan dengan penuh kesabaran hingga Allah swt memasukkan diri kita dalam golongan para pelaku kebaikan. Janganlah meniru propaganda perilaku si Joker yang mudah berubah menjadi jahat karena kebaikannya tidak berbalas kebaikan. Teruslah berbuat kebaikan karena Allah swt juga masih terus memberikan kebaikan kepada diri kita, bahkan dalam realitas buruk sekalipun yang tertimpa pada diri kita, disana ada kebaikan yang Allah swt sebenarnya sedang menitipkan kebaikan. “Fainna ma’al ‘usri yusraan. inna ma’al ‘usri yusraan” (Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan). Karena itu jangan seperti si Joker yang su’ul khatimah karena tidak mampu bersabar atas ujian keburukan dan tidak ikhlas dalam melakukan kebaikan. Bagaimana mungkin seseorang berubah menjadi buruk dan jahat hanya karena kebaikan yang dilakukannya selama ini tidak berbalas secara sepadan, padahal Allah swt hingga detik ini pun terus menerus memberikan kebaikannya.
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash : 77).
Janganlah kebaikan yang Allah swt berikan pada diri kita berbalas pembangkangan, yaitu suatu sikap yang menjauh dari anjuran Allah untuk berbuat baik berupa tindakan-tindakan merusak (bagi dirinya, bagi orang lain dan agama ini) serta menjadi penentang aturanNya.
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلۡإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقۡنَٰهُ مِن نُّطۡفَةٖ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٞ مُّبِينٞ
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (QS. Ya-Sin : 77)
Seorang yang memiliki akal sehat pastilah akan memilih jalan untuk tunduk patuh pada Allah swt yang telah menciptanya dan menjauhkan diri dari perilaku menentang aturannya kemudian terus istiqomah di jalan kebaikan apapun balasan yang diterimanya hingga ajal menjemput. Pada manusia yang demikian maka pantaslah menyandang predikat kehidupan yang husnul khatimah. Namun jika kebaikan dirinya mudah berubah menjadi kejahatan maka itulah predikat su’ul khatimah. Bagi kaum muslimin yang berniat menjadi Joker, urungkan niatnya dari pada termasuk dalam golongan orang yang su’ul khatimah.
Daripada menjadi Joker, lebih baik jadi Jukir, juru parkir, yang terus istiqomah dalam menjaga amanah yang diberikan atas dirinya untuk menjaga “harta” (kendaraan) milik orang lain dengan penuh rasa tanggungjawab tanpa merasa memilikinya hingga amanah terakhir . Dialah si Jukir yang husnul khatimah.
Semoga Allah swt menganugerahkan kehidupan yang husnul khatimah pada diri kita dan menjauhkan dari perilaku dan kehidupan yang suul khatimah. Aamiin…