Jika cara efektif untuk menyuburkan tanaman agar terus hidup berkembanh dan kemudian dapat berbuah banyak adalah dengan cara memberinya pupuk (rabuk : jawa), maka cara yang efektif untuk memupuk diri kita jiwa kita agar terus hidup panjang usia terus Dikenang berkembang Jalan rezekinya diberi kemudahan jalan atas berbagai usahanya bahkan diampuni dosa-dosanya maka cara yang paling efektif adalah dengan silaturahim.
Tentu tidak hanya tanaman yang membutuhkan perawatan agar tumbuh subur dan berbuah lebat, jiwa kita pun juga membutuhkan pemenuhan nutrisi agar juga tumbuh subur dan berbuah kemanfaatan. Pada jiwa yang hidup akan menjadikan diri seseorang tampak bahagia, hidup tenang dan tentram. Kebahagiaan dan ketenangan hidup inilah yang dicari oleh setiap orang. Buat apa harta banyak dan jabatan tinggi namun jiwanya kering kerontang, penuh gelisah dan jauh dari ketenangan dan pada akhirnya jiwa pun mati yaitu tidak ada sedikitpun kepedulian dan pengertian atas orang lain. Karenanya Rasulullah saw bersabda bahwa kekayaan sejati adalah manakala jiwanya kaya, kaya hati. Itulah jiwa atau hati yang hidup.
Silaturahim adalah rabuk nyowo yaitu memupuk jiwa kita agar hidup terus berkembang dan memberikan banyak kemanfaatan bagi sesama dan sekitar. Pada diri yang suka silaturrahim maka dirinya akan semakin hidup, pikirannya akan hidup dengan banyak pengalaman, hatinya hidup dengan penghargaan dan kepedulian karena ia banyak berinteraksi dengan berbagai realitas yang dari sana ia belajar serta saling mengingatkan, sehingga lahirlah saling pengertian dan menjadikan hatinya lembut.
Maka Silaturahim adalah cara efektif untuk memupuk jiwa, rabul nyowo, karena dalam silaturahim setiap orang bertemu dalam kebahagiaan. Disaat dua kebahagiaan bertemu antara orang yang saling menjalinnya, maka dia akan berbuah dengan kenikmatan, keberhasilan, dan kesuksesan. Karena dari silaturrahim setiap orang saling bertukar informasi dan peluang. Dan dari sinilah pintu rezeqi terbuka lebar. Sebagaimana hadist diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Demikian pulalah bahwa silaturahim adalah cara untuk memupuk cinta. Janganlah kita berharap hanya ingin memetik buah cinta (yaitu berupa loyalitas dan kepedulian serta perhatian) jika tanpa kita memupuknya dengan terus menjalin hubungan interaksi. Karena jalinan cinta akan kuat jika diikat dengan saling berjumpa (silaturrahim) sehingga pada masing-masingnya akan saling menghadirkan komitmen loyalitas. Yaitu saling menjaga dan berkorban antar keduanya.
Silaturrahim menyuburkan nyawa atau memperpanjang umur, yaitu umur dalam pengertian kualitasnya, berupa lama kenangan yang dibangun atas dirinya sekalipun mungkin sudah tiada. Semua itu terjadi karena jalinan silaturrahim yang dilakukan sehingga orang akan selalu mengingatnya kapanpun saja. Umur yang panjang disebabkan umur yang dimilikinya mampu memberikan makna kebermanfaatan bagi sesama, dilaluinya melalui silaturrahim dengan sesama. Dari sinilah kemudian setiap orang akan selalu ingat, karena setiap orang akhirnya berupaya saling ingat dan mengingatkan sehingga terus diingat dan dikenang.
Silaturrahim di zaman sekarang sudah sangat mudah dilakukan, yaitu bisa dilalui secara virtual sekalipun silaturrahim fisik tentu tetap lebih utama. Silaturrahim virtual bisa berupa saling menyapa melalui media sosial yang ada walau hanya sebatas say hello, namun hal ini bisa menembus batas waktu dan tempat. Sementara silaturrahim fisik secara tradisional berbatas waktu dan ruang serta tempat, namun hal ini utama karena ada perjumpaan fisik yang padanya ada keberkahan. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Jafar As Shadiq berkata. ” Barangsiapa mengunjungi sahabatnya semata-mata karena Allah SWT, niscaya Allah SWT mengutus 70 ribu malaikat untuk menyertainya. Para malaikat itu berkata, “Surga untuk kamu.”
Silaturrahim itu membuka pintu keberkahan sehingga pada jiwa yang berkah maka diri seseorang akan banyak menebarkan kebaikan dan memanen kebaikan pula kelak diakhirat. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, ” Ketika para sahabat Rasul SAW berkumpul untuk menulis tafsir Al Quran di mesjid beliau, masuk seorang Badui dan berkata, “Wahai sahabat Rasulullah, kalian telah mengatakan bahwa Tamu itu Kuncinya Surga? Ya, betul, kami mendengarnya dari Rasulullah SAW, dan beliau bersabda, ” Apabila datang tamu seorang muslim maka bersamanya malaikat yang mencatat untuk tuan rumah kebaikan dan menulisnya untuk setiap sesuap makanan yang dimakan oleh tamu dengan 100.000 kebaikan dan juga menghapus 100.000 kejelekan dan juga diangkatr derajatnya dengan 100.000 derajat. Dan tidak ditulis kejelekan baginya kecuali tamu itu telah pergi 40 hari, dan itu semua diberikan oleh Allah SWT.
Jiwa yang mampu menebarkan kebaikan itulah jiwa yang hidup. Hidup penuh dengan kemanfaatan itulah nilai dari kebaikan manusia. Jiwa yang hidup karena terus dipupuk dengan kebaikan pula yaitu melalui silaturrahim, menyambung rahim atau shilah ar rahim adalah menyambung jiwa sesama (sebagaimana setiap orang keluar dari rahim sang ibu), menyambung rahim atau shilah ar rahim adalah menyambung kasih sayang pada sesama dari Dia yang Maha ar rahmaan dan ar rahiim, sehingga jiwanya menjadi hidup. Maka benarlah bahwa silaturrahim adalah rabuk nyowo. Nabi bersabda :
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Semoga kita bisa diberikan keberkahan silaturrahim agar jiwa kita tetap hidup subur dan berbuah dengan keberkahan dan kebaikan. Semoga kita kelak diridhoi oleh Allah swt, selamat dunia dan akhirat. Aamiiin…
KH. Akhmad Muwafik Saleh Dosen Fisip UB Malang dan Penulis Produktif