Kanal24, Malang – Inovasi teknologi berbasis kebutuhan pertanian kembali ditampilkan oleh mahasiswa Teknik Mesin Universitas Brawijaya (UB) dalam ajang Capstone Design Project 2025, yang digelar pada Rabu (04/06/2025) di Fakultas Teknik (FT). Salah satu karya yang mendapat perhatian khusus datang dari Kelompok 3 Kelas G, yang memperkenalkan Smart Dry Box, sebuah alat pengering cerdas berbasis kontrol suhu dan waktu otomatis untuk komoditas hasil pertanian seperti cabai, daun teh, dan tanaman hasil panen berkelembaban rendah lainnya.
Kelompok ini terdiri dari lima mahasiswa, yaitu Mico Pranowo, Akiko, Achiro, Danial, dan Sandro. Mico, selaku perwakilan tim, menjelaskan bahwa inovasi ini dilatarbelakangi oleh permasalahan klasik yang sering dihadapi para petani, yaitu kegagalan panen akibat cuaca yang tidak menentu serta ketidakteraturan proses pengeringan hasil panen.
Baca juga:
Capstone Design Project 2025: Mahasiswa Teknik Mesin UB Unjuk Inovasi Proyek Perancangan

Pengering Otomatis Berbasis Kontrol Presisi
“Smart Dry Box ini kami rancang untuk membantu petani, khususnya petani cabai dan daun teh, agar proses pengeringan hasil panen mereka bisa lebih stabil, efisien, dan tidak tergantung cuaca,” terang Mico saat diwawancarai di lokasi pameran.
Alat ini bekerja dengan sistem pemanas (heater) dan pengendalian suhu otomatis yang bisa diatur melalui panel input. Operator cukup memasukkan nilai suhu dan durasi pengeringan, lalu alat akan bekerja secara semi-otomatis. Dalam konteks skala industri, Smart Dry Box ini bahkan bisa di-scale up atau ditingkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan produksi.
Namun Mico mengakui bahwa tantangan terbesar dalam pengembangan alat ini bukan hanya terletak pada aspek mekanik, tetapi juga pada perancangan sistem kontrol suhu dan timer yang presisi. Kesalahan sedikit saja dalam pemrograman dapat mengganggu keseluruhan kinerja alat.
“Bagian kontrolnya cukup menantang karena harus presisi dan stabil. Kami masih merancang agar operator cukup mengatur suhu dan waktu, lalu sisanya alat bekerja otomatis. Ini butuh riset lebih lanjut,” ujarnya.
Jawaban atas Masalah Gagal Panen
Selain aspek teknis, alat ini juga dirancang sebagai respons langsung terhadap masalah riil yang dihadapi petani di sekitar Malang dan Probolinggo, yang dikenal sebagai sentra pertanian cabai dan hortikultura lainnya. Wilayah-wilayah ini kerap mengalami kelembaban udara tinggi, bahkan di musim kemarau, sehingga mempercepat pertumbuhan jamur dan menyebabkan pembusukan hasil panen.
“Banyak petani gagal panen karena proses pengeringan tidak optimal. Mereka sering mengandalkan panas matahari yang tidak konsisten. Alat ini bisa jadi solusi,” jelas Mico.
Dengan adanya Smart Dry Box, petani memiliki kontrol lebih baik atas proses pascapanen yang sebelumnya sulit diprediksi. Alat ini juga dapat menekan angka kerugian akibat pembusukan, serta memperpanjang umur simpan hasil pertanian, terutama cabai yang rentan terhadap kelembaban tinggi.
Potensi Pengembangan di Masa Depan
Saat ini, prototipe Smart Dry Box masih berskala kecil, namun tim meyakini bahwa teknologi ini berpotensi besar untuk dikembangkan ke skala industri. Beberapa pengembangan yang direncanakan ke depan termasuk penambahan sistem Internet of Things (IoT) agar alat dapat dikendalikan dari jarak jauh, serta pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk efisiensi energi.
“Kami sedang memikirkan bagaimana alat ini bisa hemat energi dan tetap efektif. Kalau bisa pakai tenaga surya untuk heater-nya, akan sangat ideal untuk petani di desa-desa,” ungkap Danial, salah satu anggota tim.
Baca juga:
Eksposur Dunia Industri, FT UB Hadirkan Ahli FPSO
Dukung Percepatan Teknologi di Sektor Pertanian
Proyek ini merupakan bagian dari semangat Capstone Design Project yang bertujuan mengasah keterampilan mahasiswa tidak hanya dalam merancang alat, tetapi juga menghadirkan solusi berbasis kebutuhan masyarakat secara langsung. Seperti dijelaskan oleh dosen pembimbing, Ir. Lazuardi, ST., MT., pendekatan proyek berbasis masalah nyata menjadi kunci keberhasilan program Capstone.
“Kami minta mahasiswa tidak hanya membuat alat asal jadi, tapi juga relevan, aplikatif, dan punya nilai keberlanjutan. Tim Smart Dry Box ini salah satu yang berhasil menjawab tantangan itu,” jelas Lazuardi.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan dan efisiensi pascapanen, inovasi seperti Smart Dry Box menjadi angin segar dalam dunia pertanian modern. Apalagi jika nantinya dikembangkan secara kolaboratif antara universitas, pemerintah, dan sektor industri pertanian lokal. (nid/rey)