KANAL24, Malang – Mahasiswa dari Fakultas Peternakan dan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya berkolaborasi untuk membantu peternak kecil membut “SMART INCUBATOR”. Alat ini memiliki inovasi otomatisasi alat penetas telur (incubator) yang dapat dikendalikan dari jarak jauh melalui smartphone. Inovasi ini didasari pemikiran bahwa mesin tetas sederhana biasanya berkapasitas 100 butir hingga 1000-1500 butir, dengan menggunakan teknologi kontrol manual, perlu diotomatisasi sehingga peternak yang kurang pengalaman juga mampu melakukan apalagi dimudahkan teknologi smartphone.
“Keunngulan alat ini adalah suhu dan kelembaban memungkinkan dipantau lewat smartphone, artinya jika saat malam atau hari libur atau saat berbelanja di Mall tetap dapat dimonitor dan alat ini tidak mahal,” kata Panji Ageng Mahasiswa Peternakan UB (sabtu (19/9/2020)
Ageng menjelaskan penggunaan sensor DHT11 untuk otomatisasi mesin tetas/inkubator bekerja atas dasar panas yang dihasilkan dari bohlam lampu (dapat otomatis menyala atau mati) didalam inkubator. Monitoring suhu dari mesin tetas juga dapat dilihat melalui panel LCD kecil yang terpasang di inkubator dan dengan bantuan arduino maka suhu dan kelembaban terpantau melalui programming menggunakan smartphone sehingga dapat melihat kondisi mesin tetas secara realtime.
Selain indikator suhu dan kelembaban, otomatisasi mesin tetas sederhana ini juga dilakukan otomatisasi pembalikan telur terjadi secara periodik. Pembalikan telur tidak perlu lagi dilakukan secara konvensional secara manual, dan sering dibuka tutupnya inkubator menyebabkan perubahan suhu didalam kandang yang pada akhirnya menurunkan daya tetas telur. Oleh karena itu, otomtisasi ini perlu untuk meminimalisir perubahan/fluktuasi suhu didalam alat yang disebabkan seringnya dibuka tutup mesin tetas sehingga meningkatkan jumlah telur yang menetas.
Tim yang diketuai oleh Panji Ageng P.W. (Fakultas Peternakan) dan dibimbing oleh Dr.Ir. Eko Widodo, M.Agr.Sc. telah mengaplikasikan alat ini kepada mitra yaitu Peternakan Pancamurti spesialis ayam kampung, milik Pak Agus Wahyudi yang terletak di Tlogomas, Malang. Beliau berharap mampu meningkatkan kinerja mesin inkubatornya yang hanya mampu menyediakan 4.000 DOC (Day Old Chick/anak ayam umur sehari) saja perminggu, karena permintaan pasar per minggu sebesar 20.000 DOC.
Dosen pembimbing Dr. Eko Widodo meyakinkan bahwa inovasi ini mampu membantu memudahkan peternak khususnya peternakan skala kecil untuk lebih produktif. Harapannya makin banyak peternak kecil sukses yang berbisnis di bidang perunggasan.
“Alat ini sangat bermanfaat bagi peternak skala kecil,” pungkas Eko Widodo. (sdk)