Pasti sudah sangat familiar dengan istilah urban farming bukan? Bercocok tanam di perkotaan, di mana tidak tersedia lahan yang luas untuk menanam tapi inovasi anak muda satu ini ternyata bisa melakukannya. Azri Ithakari, seorang arsitek yang sangat optimis bahwa bertani bisa dilakukan di dalam kota. Melalui TAN-EUH, sebuah startup yang mewujudkan kegiatan pertanian bisa dilakukan di lahan yang terbatas, bahkan di tengah kota seperti Jakarta. Ia menyatukan seni dari arsitektur yang sudah ia pelajari dan seni bertani, dan ia meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini saling terkoneksi. Hingga saat ini TAN-EUH terus mengembangkan inovasinya.
Dalam Big Bang Show yang dipandu oleh Andy F.Noya, Azri Ithakari, Founder Taneuh menjelaskan bahwa Ia tertarik pada pertanian sudah dari kecil, Bapaknya adalah seorang petani sekaligus.dari Institut Pertanian Bogor. TAN-EUH berfokus untuk mengembangkan mindset bahwa semua orang bisa belajar bertani, dimulai dari skala kecil. Tanaman yang digunakan untuk bercocok tanam microgreen. Microgreen itu adalah sayuran hijau atau tanaman herbal yang dipanen saat daun kotiledon itu baru muncul atau daun pertamanya. 5 hari setelah tanam sudah bisa dipanen. Tergantung pada ukuran yang diingkan. Jadi microgreen ini kandungan nutrisinya masih sangat tinggi. Sayuran apa saja yang biasa kita makan bisa dibuat microgreen. Hanya saja masa panennya lebih awal. Kandungan nutrisi yang tinggi inilah yang menarik minatnya untuk memperkenalkan kepada orang-orang yang mulai peduli terhadap apa yang dikonsumsi, terutama anak-anak muda. Peluang ini bisa dijadikan bisnis yang cukup menjanjikan. Dalam satu box kecil seukuran 50 gram bisa dijual sekitar Rp30.000-Rp50.000. Pemasarannya bisa dilakukan di dalam skala rumah tangga, hotel, maupun restoran. Tentu jika bisa menjangkau pasar lebih luas akan sangat menguntungkan.
TAN-EUH bukan hanya memasarkan microgreen, tetapi startup ini juga menyebarkan edukasi mengenai urban farming dan bagaimana caranya untuk bercocok tanam sendiri di rumah. Sehingga istilah Grow your own edible garden ini benar-benar terwujud. TAN-EUH mencoba untuk terus mengajak sebanyak orang untuk bercocok tanam. Sehingga setiap orang akan memahami dan semakin menghargai apa yang ia makan. Jadi dari pembelajaran dan pelatihan yang ia lakukan, orang-orang akan semakin tertarik tentang dunia pertanian. Dan tentunya bisa mempraktikkannya sendiri di rumah.
Jadi, selain profit usaha yang kita harus pentingkan. Tapi ada yang lebih penting dari hanya sekedar materi. Tapi, pertanyaannya adalah apakah keberadaan kita di tengah-tengah mereka itu mampu memberi arti?. TAN-EUH mempraktikkannya dengan sebuah cara, yaitu melalui edukasi. Jika tertarik untuk mempelajari lebih soal microgreen atau pun TAN-EUH, bisa cari tahu di media sosial instagram @taneuh. Semoga bermanfaat.
Jurus Berkomunikasi dengan Tanaman ala Habibi Garden
Pesan untuk anak muda dari wawancara Sukkhacitta bersama dengan Azri Ithakari, “My father said something to me randomly some time ago, ”keep thinking or doing something”. I find so much truth and wisdom in this simple sentence. It conveys the need to appreciate the time that life has given you by being productive no matter what your situation is. No excuse, we all get the same time. Never look at what others have or don’t have but what you can do more. Try not to waste your time and keep doing something of value – I believe then good things will follow”
.
Jadi, di tengah situasi pandemi seperti sekarang ini, mungkin alternative cara untuk menghilangkan kebosanan kita bisa mulai bercocok tanam di rumah? Setuju? Keep Productive!
Penulis : Martina Mulia Dewi, Mahasiswa Prodi Agribisnis FP UB