Kanal24, Malang – Dalam upaya mendukung transisi menuju industri hijau dan berkelanjutan, Tatalogam Group melalui PT Tata Metal Lestari memperkuat komitmennya terhadap pengurangan emisi karbon dengan mengembangkan produk baja tahan korosi berteknologi reflektif surya (solar reflective technology). Inovasi ini dilakukan melalui kerja sama dengan Pusat Unggulan Universitas Material dan Energi Bangunan Rendah Emisi (PUU MEB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sejak tahun 2023.
Wakil Presiden Operasi PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi, menjelaskan bahwa kolaborasi tersebut berfokus pada riset dan pengembangan material baja ramah lingkungan yang mampu menekan panas serta meningkatkan efisiensi energi pada bangunan. “Kerja sama ini menjadi bentuk nyata sinergi antara industri dan akademisi untuk menghasilkan inovasi yang tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan,” ujarnya.
Baca juga:
KAN Jabung Dorong Nilai Tambah Susu Lokal
Sebagai bentuk dukungan konkret terhadap penelitian tersebut, Tata Metal Lestari telah membangun laboratorium dan menyediakan peralatan uji Solar Reflective Index (SRI) melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Infrastruktur ini digunakan untuk mempercepat proses riset, validasi, serta hilirisasi hasil penelitian menuju produk siap pakai.
Hilirisasi Riset Menuju Komersialisasi Produk
Memasuki tahun 2025, kolaborasi antara PT Tata Metal Lestari dan UPI diperpanjang dengan fokus baru pada hilirisasi hasil riset menuju komersialisasi produk baja reflektif berkelanjutan. Salah satu hasil kolaborasi tersebut adalah cat reflektif surya bernama BeCool, yang dikembangkan untuk diaplikasikan pada Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS) warna.
Produk BeCool dapat diterapkan pada dinding luar bangunan atau cladding rumah berbasis baja. Teknologi reflektifnya berfungsi memantulkan panas sinar matahari sehingga suhu dalam ruangan menjadi lebih sejuk, sekaligus menurunkan suhu lingkungan sekitar. “Harapan kami, inovasi ini dapat menjadi solusi efisiensi energi sekaligus menekan emisi karbon dari sektor konstruksi,” terang Stephanus.
Sinergi Akademisi dan Industri
Direktur Direktorat Inovasi, Hilirisasi dan Science Techno Park UPI, Ida Kaniawati, menilai kerja sama tersebut merupakan contoh ideal sinergi akademisi dan industri. Ia menegaskan bahwa hasil riset kampus harus mampu dihilirkan bersama mitra industri agar memiliki nilai komersial dan perlindungan hukum melalui pendaftaran kekayaan intelektual.
“Inovasi cat reflektif surya ini awalnya dikembangkan oleh tim PUU MEB UPI yang dipimpin oleh Dr. Eng Beta Paramita, kemudian disempurnakan bersama PT Tata Metal Lestari. Kami berharap hasil riset akademisi ini dapat dimanfaatkan masyarakat luas sebagai material perumahan rendah emisi,” jelas Ida.
Sementara itu, Beta Paramita menambahkan bahwa cat BeCool mampu menurunkan panas dari radiasi matahari secara signifikan, meningkatkan kenyamanan termal dalam ruangan, serta memperpanjang usia pakai bangunan. Inovasi ini juga diharapkan dapat mendukung target penurunan emisi nasional sesuai komitmen Net Zero Emission (NZE) 2060.
Rumah Reflektif Surya Indonesia (Raflesia)
Penerapan nyata dari hasil riset dan kolaborasi ini diwujudkan melalui pembangunan Rumah Reflektif Surya Indonesia (Raflesia), yaitu rumah berbasis metal dengan desain pasif dan material rendah karbon. Berdasarkan hasil pengujian, rumah Raflesia memiliki reflektansi matahari hingga 72,1 persen, serapan surya 27,9 persen, dan Indeks Reflektan Surya (SRI) mencapai 88.0.
“Sejak awal kerja sama tahun 2023, kami telah membangun sekitar 70 unit Rumah Raflesia di berbagai wilayah Indonesia. Hasilnya sangat positif; rumah ini terbukti mampu menurunkan suhu ruangan tanpa pendingin tambahan serta hemat energi hingga 30 persen,” ujar Beta.
Rumah Raflesia dirancang sebagai hunian hemat energi, rendah emisi, dan tahan lama hingga 50 tahun. Ke depan, UPI bersama PT Tata Metal Lestari dan PT Tatalogam Lestari akan terus mengembangkan model rumah reflektif ini sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
“Melalui kolaborasi ini, kami ingin menunjukkan bahwa riset akademik dapat melahirkan solusi konkret yang menjawab tantangan perubahan iklim dan kebutuhan masyarakat akan hunian hijau,” tutup Beta. (nid)