Kanal24, Bojonegoro – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) terus mendorong pengembangan teknologi tepat guna (TTG) untuk mendukung produktivitas peternak desa. Upaya ini diwujudkan melalui program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) yang tahun ini menjadi bagian dari skema nasional Diktisaintek Berdampak.
Program Diktisaintek Berdampak merupakan inisiatif Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) yang bertujuan memperkuat hilirisasi riset melalui implementasi langsung ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat. Fokusnya mencakup isu-isu strategis seperti pengentasan kemiskinan ekstrem, penurunan stunting, dan penguatan ekonomi lokal melalui pendekatan berbasis inovasi.
Baca juga : Fapet UB Terjunkan 604 Mahasiswa KKN-T ke Bojonegoro

604 Mahasiswa di 40 Desa
Ketua pelaksana KKN-T Fapet UB, Dr. Eko Nugroho, menjelaskan bahwa program ini dilaksanakan di empat kecamatan, yakni Tambakrejo, Ngambon, Gayam, dan Ngasem.
“Mahasiswa akan didistribusikan ke 18 desa di Kecamatan Tambakrejo, 12 desa di Gayam, 4 desa di Ngambon, dan 6 desa di Ngasem. Setiap kelompok terdiri dari 15 hingga 16 mahasiswa. Totalnya ada 604 mahasiswa Fapet yang diterjunkan,” jelasnya (2/7/2025).
Setiap kelompok, lanjut Eko, akan diminta untuk merancang dan menerapkan minimal tiga unit teknologi tepat guna (TTG) berbasis potensi desa. Dengan demikian, ditargetkan terdapat sekitar 120 TTG yang akan dikembangkan dan dipamerkan dalam sebuah expo menjelang akhir kegiatan.
“TTG ini juga merespons kebutuhan dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, terutama program Gayatri atau Gerakan Budidaya Ayam Petelur Mandiri, yang ditujukan untuk masyarakat miskin ekstrem,” ungkapnya.

Baca juga : Fapet UB Latih Ribuan SPPI, Dukung Ketahanan Pangan Nasional
Jawab Tantangan Lewat Inovasi
Dekan Fapet UB, Prof. Halim Natsir, menyampaikan bahwa KKN-T merupakan sarana penting bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu sekaligus menyatu dengan masyarakat.
“Kita targetkan dalam satu desa itu minimal akan dihasilkan tiga titik teknologi tepat guna (TTG). Hasilnya akan kita pamerkan dan didiskusikan dengan pemerintah daerah. Implementasi TTG harus disesuaikan dengan melihat potensi yang ada di masing-masing desa,” katanya.
Menurut Prof. Halim, program Gayatri memang menjadi salah satu fokus utama, namun Fapet UB mendorong pengembangan yang lebih luas. “Kami ingin mendorong agar tiap desa memiliki identitas potensi, seperti desa ayam petelur, desa ayam pedaging, desa sapi pedaging, dan sebagainya,” tambahnya.
Ia juga menyinggung bahwa Bojonegoro merupakan daerah dengan pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup tinggi, namun angka stunting dan kemiskinan ekstrem masih cukup signifikan.
“Ini yang menjadi perhatian kami. Kemarin kami sudah berdiskusi dengan Bupati dan Bappeda. Perlu ada program yang menyentuh langsung masyarakat. Kami berharap mahasiswa bisa menjembatani program-program tersebut agar benar-benar berdampak dari desa,” ujarnya.

Mahasiswa Siap Berkontribusi
Salah satu mahasiswa peserta KKN-T, Muh. Dimas Shobarul Anshori, menyatakan kesiapannya berkontribusi dalam pengembangan teknologi peternakan yang bermanfaat bagi warga desa.
“Nanti akan ada beberapa titik penerapan, seperti pemanfaatan limbah kotoran, bahan lokal, dan potensi lain yang ada di desa. Harapannya bisa meningkatkan ekonomi masyarakat setempat,” kata Dimas.

KKN-T Fapet UB akan berlangsung selama lebih dari satu bulan. Expo hasil teknologi tepat guna direncanakan digelar menjelang akhir program dan akan dikunjungi langsung oleh Bupati Bojonegoro serta jajaran pemerintah daerah.
Dengan pendekatan berbasis riset dan teknologi yang aplikatif, Fapet UB berharap KKN-T tahun ini mampu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Bojonegoro dan menjadi bagian dari solusi terhadap isu ketahanan pangan dan kesejahteraan peternak desa.(Din)