Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si.*
Berdzikir dapat dilakukan kapan saja. Setiap saat hati harus terus tersambung dengan Allah swt, jangan ada sedikitpun ruang kosong yang lepas dari mengingat Allah. Karena hati adalah komandan, apabila sejenak saja dia tidak dikuasai, maka akan ada penguasa lain yang akan menguasai dan mengambil alih kekuasaan, itulah hawa nafsu, syetan yang akan mengarahkan pada keburukan dan menjauhkan hati serta seluruh pasukannya (jasad jasmani, pikiran, perasaan dsb) untuk menjauh dari Allah swt. Tentu hal ini sangat berbahaya. Karena itu hati harus terus disibukkan dengan berdzikir agar terus terhubung dengan Allah SWT.
Untuk itu Perbanyaklah berdzikir dan berdoa kepada Allah agar doa kita dikabulkan oleh Allah. Maka patut mempertimbangkan waktu-waktu yang ideal diterimanya doa atau mustajab. Ada banyak riwayat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang waktu-waktu yang ideal untuk dikabulkan (Mustajab) antara lain :
- Sepertiga Malam Terakhir (الثُّلُثُ الْأَخِيرُ مِنَ اللَّيْلِ)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ» (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir, Dia berfirman: ‘Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya, barang siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya, barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Ketika Adzan dan Iqamah (بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ» (رواه الترمذي وأبو داود)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
- Ketika Sujud dalam Shalat (حَالَ السُّجُودِ)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ» (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Keadaan seorang hamba yang paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa (ketika sujud).” (HR. Muslim)
- Setelah Shalat Fardhu (أَدْبَارَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ)
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ؟ قَالَ: «جَوْفَ اللَّيْلِ الْآخِرِ، وَأَدْبَارَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ» (رواه الترمذي)
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata: Dikatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Doa mana yang paling didengar (dikabulkan)? Beliau bersabda: “(Doa pada) tengah malam yang terakhir dan setelah shalat fardhu.” (HR. Tirmidzi)
- Antara Waktu Ashar dan Maghrib di Hari Jumat (آخِرُ سَاعَةٍ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ بَيْنَ الْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: «فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ» وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang hari Jumat, lalu beliau bersabda: “Di dalamnya terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim bertepatan dengannya dalam keadaan berdiri shalat meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah pasti akan memberinya.” Beliau berisyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sedikitnya waktu tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu yang dimaksud, namun salah satu pendapat yang kuat adalah antara waktu Ashar dan Maghrib.
- Ketika Turun Hujan (عِنْدَ نُزُولِ الْغَيْثِ)
Dari Sahl bin a’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
ثِنْتَانِ مَاتُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ الْمَطَرِ
“Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan” (HR. Hakim)
- Ketika Safar (وَقْتَ السَّفَرِ)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ» (رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan lagi: doa orang yang terzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua kepada anaknya.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
- Ketika terdhalimi (دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ» (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antara doanya dan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Ketika Berpuasa Hingga Berbuka
(حِينَ يَكُونُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ» (رواه الترمذي وابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga orang yang doanya tidak akan ditolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa ketika ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
- Hari Arafah (يَوْمُ عَرَفَةَ)
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ» (رواه الترمذي)
Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah, dan sebaik-baik apa yang aku ucapkan dan juga para nabi sebelumku adalah: ‘Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (HR. Tirmidzi)
- Ketika Sakit (حَالَةُ الْمَرَضِ) (dengan harapan kesembuhan dan kebaikan)
Meskipun tidak ada dalil khusus yang menyebutkan waktu sakit sebagai waktu mustajab secara mutlak, namun dalam kondisi lemah dan membutuhkan pertolongan Allah, doa seorang muslim diharapkan lebih dikabulkan. Selain itu, doa orang yang sakit untuk kebaikan dirinya atau orang lain juga memiliki keutamaan. - Ketika Menghadapi Kesulitan dan Musibah (عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْمَصَائِبِ)
Dalam kondisi sulit dan membutuhkan pertolongan Allah, seorang muslim akan lebih sungguh-sungguh dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
﴿أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ﴾ (النمل: 62)
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan…” (QS. An-Naml: 62)
- Ketika Terbangun di Malam Hari dan Mengucapkan Doa (عِنْدَ الِاسْتِيقَاظِ مِنَ اللَّيْلِ وَالدُّعَاءِ بِالدَّعَاءِ الْمَأْثُورِ)
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، أَوْ دَعَا، اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ» (رواه البخاري)
Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang terbangun di malam hari lalu mengucapkan: ‘Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir. Alhamdulillaah, wa subhaanallaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaah,’ kemudian ia berkata: ‘Allahummaghfir lii (Ya Allah, ampunilah aku),’ atau ia berdoa, maka doanya akan dikabulkan. Jika ia berwudhu lalu shalat, maka shalatnya akan diterima.” (HR. Bukhari)
- Ketika Mengucapkan “Laa Ilaaha Illa Anta Subhaanaka Innii Kuntu Minazh-Zhaalimiin” (لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ)
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ» (رواه الترمذي)
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Doa Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus: ‘Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh-zhaalimiin (Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim),’ sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu perkara pun melainkan Allah pasti mengabulkannya.” (HR. Tirmidzi)
- Ketika Sedang Sakit Parah (حَالَةُ الْمَرَضِ الشَّدِيدِ)
Meskipun sudah disebutkan sebelumnya, kondisi sakit parah dengan kepasrahan dan harapan kepada Allah juga merupakan waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa. Dalam keadaan lemah, hati lebih cenderung untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah. - Ketika Hati Sedang Khusyuk dan Merendah Diri (عِنْدَ حُضُورِ الْقَلْبِ وَالْخُشُوعِ)
Meskipun bukan terikat waktu tertentu, momen ketika hati seorang muslim sedang khusyuk, merendah diri, dan fokus sepenuhnya kepada Allah adalah waktu yang sangat mustajab untuk berdoa. Kondisi hati yang demikian akan lebih mengantarkan doa kepada Allah dengan penuh harap dan keyakinan. - Setelah Shalat Subuh
Setelah subuh adalah waktu penuh keberkahan bersadarkan hadits Nabi :
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِي مُصَلَّاهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسَنًا. (رواه أبو داود وغيره بإسناد صحيح)
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah selesai shalat Subuh, beliau duduk di tempat shalatnya hingga matahari terbit dengan indah.” (HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad yang sahih).
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا. (رواه أبو داود والترمذي)
“Ya Allah, berkahilah umatku di pagi hari mereka.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: حَدَّثَنِي عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ قَعَدَ، اسْتَغْفَرَ لَهُ الْمَلَائِكَةُ، وَاسْتِغْفَارُهُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ (رواه أحمد)
Dari ‘Ata’ bin as-Sa’ib berkata: ‘Ali radhiyallahu ‘anhu menceritakan kepadaku, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat Subuh kemudian duduk, maka para malaikat akan memohonkan ampunan untuknya, dan permohonan ampun mereka adalah: ‘Ya Allah, ampunilah dia, Ya Allah, rahmatilah dia.'” (HR. Ahmad).
- Ketika Berkumpulnya Kaum Muslimin dalam Majelis Dzikir (عِنْدَ مُجْتَمَعِ الْمُسْلِمِينَ لِلذِّكْرِ)
Berkumpul untuk berzikir dan berdoa bersama memiliki keutamaan, dan diharapkan doa yang dipanjatkan dalam perkumpulan tersebut lebih mustajab karena adanya persatuan hati dan harapan kepada Allah. - Pada Dua Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha) فِي يَوْمَيِ الْعِيدِ (الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى))
Meskipun tidak ada dalil khusus yang secara eksplisit menyebutkan waktu ini sebagai waktu mustajab seperti waktu Arafah, namun hari raya adalah hari-hari kebahagiaan dan kemenangan bagi umat Islam setelah menunaikan ibadah. Dalam suasana sukacita dan pengharapan rahmat Allah, doa diharapkan lebih dikabulkan. - Ketika Meminum Air Zamzam (عِنْدَ شُرْبِ مَاءِ زَمْزَمَ)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ» (رواه ابن ماجه وأحمد)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Air zamzam itu tergantung pada niat orang yang meminumnya.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Berdasarkan hadis ini, para ulama berpendapat bahwa ketika meminum air zamzam dengan niat dan doa tertentu, Allah akan mengabulkannya.
Penting untuk diingat bahwa kemustajaban doa juga sangat bergantung pada kondisi hati, keikhlasan, adab berdoa, dan menjauhi segala hal yang dapat menghalangi terkabulnya doa (seperti makanan dan minuman haram, perbuatan dosa, dll.).
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar