Kanal24, Malang – Inklusivitas, kolaborasi, dan dampak sosial menjadi tiga fokus utama kepemimpinan Dr. Ahmad Imron Rozuli, SE., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) periode 2025-2030.
“Inklusivitas tidak hanya berbicara tentang teman-teman difabel, tetapi juga pola pikir terbuka dan tata kelola yang akuntabel untuk mendukung transparansi dan demokrasi,” ujar Dr. Imron. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi strategis, khususnya dengan wilayah Indonesia Timur, sebagai bagian dari upaya memperkuat nilai kebangsaan dan meningkatkan dampak sosial perguruan tinggi.
Hal ini disampaikan dalam Doa Bersama Kepemimpinan Baru FISIP UB Periode 2025-2030 pada Selasa (17/6/2025), yang sekaligus menjadi ajang penyampaian program strategis kepemimpinan baru FISIP UB untuk lima tahun ke depan.

Inklusivitas sebagai Fondasi Demokrasi
Dr. Imron menekankan pentingnya membangun budaya inklusivitas di seluruh aspek, mulai dari cara berpikir individu hingga tata kelola kelembagaan. Ia berharap inklusivitas ini tidak hanya diterapkan di internal kampus tetapi juga menjangkau pihak eksternal.
“Dalam perspektif demokrasi, inklusivitas melibatkan keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas. Hal ini penting untuk menjadikan FISIP UB sebagai kawah candradimuka bagi generasi pemimpin yang mampu mengasah potensi diri sesuai dengan nilai-nilai luhur seperti yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara,” ujar Dr. Imron.
Sebagai bentuk nyata inklusivitas, FISIP UB telah menyediakan fasilitas yang mendukung mahasiswa difabel. Selain itu, kampus ini juga menjadi rujukan nasional untuk ujian berbasis aksesibilitas, seperti UTBK bagi peserta difabel.
Kolaborasi untuk Rehabilitasi Indonesia Timur
Dr. Imron menggarisbawahi pentingnya interkoneksi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan lembaga internasional. Fokus utama dari program ini adalah kawasan Indonesia Timur yang dianggap masih membutuhkan sentuhan pengembangan di berbagai sektor.
“Kami akan menjalin kemitraan strategis dengan wilayah seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara untuk mendukung program ‘rehabilitasi nasional’. Salah satu bentuk afirmasi adalah meningkatkan jumlah mahasiswa dari kawasan ini melalui kebijakan khusus,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi tidak hanya akan menjangkau pemerintah setempat, tetapi juga organisasi internasional, lembaga riset, dan sektor industri. Program ini bertujuan menciptakan dampak sosial yang nyata, seperti penguatan nilai kebangsaan dan ketahanan pangan melalui berbagai penelitian dan inovasi strategis.
Dampak Sosial dan Reputasi Global
FISIP UB juga berkomitmen untuk memberikan dampak sosial yang lebih besar dengan meningkatkan kolaborasi riset dan kontribusi nyata bagi masyarakat. Dr. Imron menekankan pentingnya menjadikan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama, baik oleh universitas, pemerintah, maupun sektor swasta.
“Pendidikan di FISIP UB tidak hanya menghasilkan lulusan sebagai produk akademik, tetapi juga individu yang mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Ini sejalan dengan visi UB untuk meningkatkan dampak sosial dan reputasi global,” tuturnya.
Dalam rangka mendukung reputasi internasional, FISIP UB akan fokus pada publikasi ilmiah, peningkatan kapasitas keilmuan, dan pengembangan ide-ide strategis yang relevan dengan isu global. Dengan perencanaan strategis yang diselaraskan setiap tahun, FISIP UB berharap dapat mendukung visi Universitas Brawijaya untuk menjadi institusi pendidikan kelas dunia.
“Kami tidak hanya ingin melahirkan pemikir-pemikir besar, tetapi juga individu yang mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas,” pungkas Dr. Imron.(Din)