KANAL24, Malang – Kawasan Cagar biosfer Bromo Tengger Semeru-Arjuno dan Cagar Biosfer Blambangan mendapatkan perhatian khusus dari Universitas Brawijaya. Sehingga UB menginisiasi Centre of Excellence for Biosphere Sustainability. Hal ini yang disampaikan oleh Komite Nasional Program MAB UNESCO Indonesia, Brin Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, or IPH Lingkungan, Brin, Y. Purwanto dalam Webinar.
Kawasan Cagar biosfer Bromo Tengger Semeru-Arjuno dan Cagar Biosfer Blambangan menjadi kawasan pilihan karena kawasan ini memiliki banyak keunggulan. Namun, untuk mengajukan kawasan ini menjadi cagar biosfer itu tidak mudah karena tim sempat mengalami suatu proses yang cukup panjang dalam menyampaikan berbagai keunggulan dari kedua kawasan ini agar mendapatkan rekomendasi atau pengakuan dunia bahwa kawasan ini layak untuk dikelola melalui konsep cagar biosfer.
“Oleh karena itu, kita mendapatkan sebuah sertifikat. Dari sertifikat itu, ya kita ibaratkan sebagai ijazah. Nah, karena kita mendapatkan ijazah, tentu saja mari kita manfaatkan ijazah tersebut.” kata Y. Purwanto, Kamis (17/3/2022)
UNESCO Man and Biosphere Program atau MAB membuat konsep pengelolaan kawasan yang memadukan kepentingan konservasi keanekaragaman hayati, pengembangan sosial-ekonomi masyarakat, dan dukungan logistik untuk mempromosikan keseimbangan hubungan antara manusia dan alam.
Konservasi ini merupakan keanekaragaman hayati (ekosistem, spesies, genetik), pembangunan berkelanjutan untuk masa depan, serta dukungan logistik yang berarti penelitian dan pemantauan dalam jaringan internasional.
Untuk mencapai ketiga fungsi tersebut, maka pengelolaan sebuah cagar biosfer itu harus dibuat sistem zonasi yang akan memudahkan, mulai dari area inti, zona penyangga, area transisi, pemukiman, penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
Dari beberapa pembagian tersebut, ada area inti, yaitu seluruh kawasan konservasi atau kawasan yang dikonservasi dalam jangka panjang memiliki kekuatan hukum dan lain sebagainya. Lalu, ada zona penyangga di sekitar kawasan konservasi yang mampu menyangga kehidupan. Terakhir, ada zona transisi yang paling luar. Ketiga zona ini sangat penting menjadi satu kesatuan kawasan cagar biosfer.(sdk)