KANAL24, Malang – Tiga mahasiswi dari 3 fakultas di Universitas Brawijaya menciptakan Parma Pad, pembalut sehat ramah lingkungan dengan super Absorbent Polymer (SAP) dari kulit jeruk dan limbah nilam. Mereka adalah Sayyidati Nurmuthi’ah dari Fakultas Pertanian, Arifah Rahmadani Azzah dari Fakultas MIPA, dan Alifia Zahra dari Fakultas Teknologi Pertanian.
Jumat (1/11/2019) mereka mempresentasikan hasil penelitian mereka, Parma Pad di Indonesian Student Summit 2019 yang diselenggarakan di FP UB.
Salah satu anggota, yakni Arifah menjelaskan bahwa Parma Pad merupakan suatu inovasi pembalut yang ramah lingkungan. Karena, SAP bahan penyerap yang ada di pembalut konvensional diganti dengan SAP dari kulit jeruk dan lembah nilam. Pemilihan bahan ini karena bahan penyerap di pembalut konvensional sulit terdegradasi.
“Digantikan dengan bahan dari kulit jeruk dan nilam. Limbah nilam dan kulit jeruk dikeringkan dibawah sinar matahari. Khusus untuk kulit jeruk, dikeringkan selama 2 hari sebagai proses fotopolimerisasi. Hingga kemudian menjadi serbuk lalu di homogenisasi. Serbuk nilam dipolimerisasi dengan radiasi UV selama 5 jam,” terang mahasiswi semester 3 itu.
Lanjutnya, lapisan kapas dan bioplastik dipotong sesuai dengan desain dari pembalut. Komponen penyusun Parma Pad disusun sesuai dengan urutan pembalut, yakni lapisan kapas, sabut kelapa, SAP, sabut kelapa, lapisan kapas, dan bioplastik.
Daya serap Parma Pad ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembalut komersial. Persentase penyerapannya hanya beda 62 persen. Arifah lebih menekankan pada keunggulan Parma Pad yang ramah lingkuangannya, karena cepat terdegradasi. Dari uji selama 7 hari, Parma Pad sudah lebih terkoyek atau rusak, sedangkan pembalut konvensional masih seperti bentuk utuhnya hanya terlihat kotor saja karena berada dibawah tanah.
“Uji anti bakteri, kita lakukan untuk melihat keamanannya di tahap awal sebelum kita terapkan di wanita. Dibandingkan dengan pembalut biasa, pembalut ini tidak mendukung bakteri untuk tumbuh. Meskipun keduanya memang punya sifat anti bakteri, tapi Parma Pad tidak menunjukkan pendukung pertumbuhan dari bakteri,” tambahnya.
Tim ini masih meneliti lebih lanjut jeruk jenis apa yang punya daya serap lebih baik. Pemanfaatan kulit jeruk, karena didalamnya mengandung pectin yang mana dengan produk tertentu bisa bersifat menyimpan air dan tidak mudah berubah strukturnya. Pectin ini karena merupakan bahan alam jadi akan kembali lagi ke alam.
Kelemahan dari Parma Pad ini masih belum bisa digunakan langsung di perempuan karena belum di uji cobakan langsung karena butuh kode etik. (meg)