KANAL24, Malang – Pestisida merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh petani. Namun saat ini pestisida yang beredar lebih banyak produk kimiawi yang dalam jangka panjang tidak aman bagi lingkungan. Kondisi tersebut melecut tiga mahasiwa cantik ini untuk meneliti buah klerek. Buah Lerak yang zaman dahulu sering dimanfaatkan sebagai detergen alami, di tangan 3 mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) diolah menjadi biopestisida alami. Novita Niken, Lailatul Qodriyah, dan Dinar Nabila ketiganya hari ini (1/11/2019) mempresentasikan uji literatur pemanfaatan ekstrak buah lerak sebagai biopestisida alami di Indonesian Student Summit (ISS) 2019 di FP UB.
Ketua tim, Novita Niken menjelaskan bahwa buah asli Indonesia ini mengandung saponin yang bisa digunakan sebagai biopestisida alami karena memiliki sifat yang beracun bagi hewan berdarah dingin contohnya ikan, siput dan serangga.
“Buah ini kalau di Jawa, terkenal dengan nama klerek. Kami masih uji literasi tapi kami sudah ada prototypenya, namun untuk uji coba masih akan dilakukan. Biopestisida ini bisa untuk membasmi hama keong mas dan hama wereng di padi sawah, biopestisida ini juga mengandung anti serangga dan anti fungi,” jelas Niken.
Lanjutnya, keunggulan dari biopestisida ini lebih murah, mudah pembuatannya, lebih ramah lingkungan, tidak menimbulkan keracunan bagi tanaman, dan tidak menimbulkan kekebalan pada hama. Sehingga, bisa menimbulkan keseimbangan ekosistem dan hasil pertaniannya lebih sehat karena pakai biopestisida tersebut.
Senyawa metabolit sekunder di buah lerak, tidak berpengaruh kepada padi. Pertumbuhan padi tidak berbeda dengan yang menggunakan pestisida sintetik. Walaupun jumlah anakannya lebih tinggi padi yang menggunakan pestisida sintetik, tapi jumlah padi biopestisida alami ini anakannya juga dapat terkontrol.
Di Indonesia, untuk biopestisida alami berbahan buah lerak masih jarang dimanfaatkan oleh petani. Padahal pembuatannya sangat gampang, yakni tinggal dikeringkan, dihancurkan, kemudian dilarutkan ke air biasa, lalu bisa disemprot ke padi.
“Saya berharap ada yang melanjutkan penelitian ini dan dapat dilakukan publikasi,” pungkasnya. (meg)