KANAL24, Malang – Data Direktorat Jenderal Perkebunan menyebutkan Kabupaten Malang merupakan produsen kopi terbesar pertama di Jawa Timur. Produksi kopi di Kabupaten Malang mencapai urutan ke 3 di seluruh sektor perkebunan.
Salah satunya dihasilkan di Kecamatan Jabung. Kecamatan Jabung terdiri dari 15 desa. Secara umum desa-desa di Kecamatan Jabung yang menghasilkan kopi antara lain adalah Desa Taji, Desa Sisir dan Desa Ngadirejo. Salah satu desa tersebut, yakni Desa Ngadirejo menjadi obyek dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilakukan oleh tim Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (JIE FEB) Universitas Brawijaya (UB). Kegiatan ini merupakan skema Hibah Pengabdian Mitra Mengabdi FEB UB yang untuk pengembangan ekonomi berupa peningkatan pendapatan kopi bagi para petani kopi dan stakeholder lainnya di Desa Ngadirejo.
Tim yang beranggotakan 4 orang dosen, dengan ketua tim adalah Bahtiar Fitanto ditambah anggota tim terdiri dari Nurman S. Fadjar, Moh. Athoillah dan Yenny Kornitasari. Selain berasal dari tim dosen, kegiatan ini juga melibatkan tenaga kependidikan dan 6 orang mahasiswa FEB UB. Fokus dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani kopi di Desa Ngadirejo melalu pendekatan sistem pasar. Sistem ini mengintegrasikan semua pelaku dalam sistem pasar untuk memberikan dukungan dan menjalankan fungsinya dengan lebih baik agar semua pihak mendapatkan insentif dari kegiatan yang dilaksanakan.
Tim Dosen FEB UB bersama warga Desa Ngadirejo Jabung (doc. tim feb ub)
Muhamad Toib, Kepala Desa Ngadirejo Kecamatan Jabung Malang menyampaikan bahwa, “Kopi ini termasuk andalan masyarakat sini untuk mendapatkan penghasilan, bahkan (menjadi sumber) yang utama selain Cengkeh dan Durian. Namun demikian, karena kopi ini panennya musiman, para petani juga menggantungkan pendapatannya dari bertanam sayuran. Saya berharap dengan pengelolaan yang lebih profesional, dan nanti bila BUM Desa bisa berperan, kopi disini akan makin berkembang dan meningkatkan pendapatan masyarakat,” ujarnya, Rabu (1/12/2021)
Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh tim, beberapa kendala ditemui antara lain petani kopi mengandalkan mengirim bijinya ke wilayah Dampit untuk proses roasting dan penjualan. Hal ini dikarenakan di Ngadirejo belum ada alat untuk roasting dan penjualan melalui market place. Beberapa petani atau pengusaha kopi lainnya melakukan roasting di Malang. Permasalahan lain yang ditemui adalah belum intensifnya penyuluhan untuk kopi. Sehingga budidaya kopi yang baik belum dapat dilakukan oleh banyak petani. Pada sisi yang lain, karena belum bisa langsung mengakses pasar, maka petani juga bergantung kepada para pengepul yang dating untuk memasarkan produknya.
Senada dengan Kepala Desa Ngadirejo, Suryanto sebagai salah satu pengusaha kopi di Ngadirejo berharap kedepannya selain budidaya yang semakin baik, petani kopi di Ngadirejo dapat memproses hasil panennya di desa sendiri, sekaligus memperbaiki pengemasan agar semakin baik dan menjangkau pasar yang lebih luas. “Disini masih sulit koneksi internet. Kami tidak bisa promosi dan menjual produk kopi hasil panenan kami melalui internet. Kami berharap ini bisa menjadi perhatian pihak pemerintah untuk bisa memfasilitasi hal ini.”
Kedepan, Pemerintah Desa Ngadirejo sudah berancang-ancang untuk memfasilitasi hal ini dengan mengembangkan pontesi-potensi ekonomi yang ada melalui pembentukan BUM Desa. Misalnya pengadaan mesin roasting, maupun simpan pinjam dan jasa transportasi untuk memudahkan petani merengkuh pasar nantinya.(sdk)