Kanal24, Malang – Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) menyelenggarakan Inaugural Lecture in Parasitology Dengan Tema “Unique Cases in Parasitic Diseases and Controversies of Immunological Diagnostic in Clinical Studies” (30/01/23).
Acara tersebut terselenggara atas kerjasama Departemen Keilmuan Parasitologi Klinik dan Departemen Kedokteran FKUB dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Parasitologi Klinik Indonesia (PDS PARKI) dan Perhimpunan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I).
Ketua pelaksana yang juga merupakan ketua Departemen Keilmuan Parasitologi Klinik FKUB, dr. Agustin Iskandar, Sp.PK(k), menyampaikan bahwa, saat ini terdapat penurunan kasus dan trend eliminasi yang positif bagi infeksi malaria dan filariasis di Indonesia.
Menurutnya, hal ini didukung oleh perbaikan alur dan modalitas yang dapat menunjukkan data yang lebih valid untuk mengkonfirmasi kasus infeksi parasit.
Akan tetapi, selain kasus malaria dan filariasis, banyak kasus infeksi parasit lain yang menurutnya belum dilaporkan secara lengkap oleh Kemenkes, diantaranya adalah kasus taeniasis ascariasis, dan beberapa neglected tropical diseases (NTDs) lainnya.
Dr. Agustin menambahkan bahwa pengetahuan mengenai kasus-kasus klinis terkait infeksi parasit sangat diperlukan untuk menunjang diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat. Salah satu komponen yang daapt mendukung hal ini adalah metode diagnostik yang akurat.
Oleh karena itu, diperlukan pengembangan uji diagnostik lanjut yang bertujuan untuk mengubah atau menunjang metode pemeriksaan konvensional, sehingga dapat meningkatkan akurasi dan efisiensi deteksi penyakit parasitik.
Ketepatan diagnosis terhadap penyakit parasit secara imunologis tergantung pada metode yang digunakan untuk mendeteksi parasit di dalam hospesnya dan ketepatan waktu deteksi, karena infeksi parasit sering sulit dibedakan secara klinis dengan penyakit infeksi lain (non-spesifik).
Sensitivitas dan spesifisitas merupakan dua kriteria penting untuk menentukan validitas sebuah uji diagnostik. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan biologi molekuler dan imunologis (immunodiagnosis) merupakan metode yang banyak digunakan untuk diagnosis penyakit parasitik.
Metode tersebut diketahui memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk mendeteksi infeksi parasit. Namun demikian, interpretasi hasil metode diagnosis tersebut seringkali menimbulkan kerancuan, terutama kasus-kasus klinis.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan terkait kasus-kasus unik di bidang parasitologi dan kontroversi hasil diagnosis imunologis dalam studi klinis, terutama bagi mahasiswa, baik pada tahap preklinis, profesi, Pendidikan spesialis, maupun pascasarjana, serta dosen, analis, dan civitas akademika di lingkungan FKUB.
Pakar di bidang Parasitologi Klinik yang hadir sebagai pembicara pada acara tersebut, yakni, Prof. Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc., Sp.ParK dan Dr. dr. Sri Poeranto, M.Kes., Sp.ParK, yang telah memiliki kiprah dan pengalaman selama lebih dari 30 tahun di bidang ini.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan di bidang kedokteran tropis, terutama karena materi dalam kuliah umum ini merupakan pengayaan dari topik Parasitologi yang diberikan dalam kurikulum pendididak kedokteran.
Selain itu, inaugural lecture ini juga bertujuan sebagai bentuk apresiasi dan pelepasan bagi staf Dosen Parasitologi yang purna tugas. Bentuk luaran yang diharapkan dari acara ini adalah penyusunan dan penerbitan buku mengenai kumpulan kasus unik dan kontroversi diagnosis imunologis di bidang parasitiologi.
Penyakit parasit masih merupakan tantangan bagi dunia Kedokteran, terutama di negara tropis, termasuk Indonesia. Menurut Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, hamper setengah (42.8%) penyebab kematian pada kelompok balita (12–59 bulan) pada tahun 2020 disebabkan oleh infeksi parasit.
Berdasarkan data tersebut, penyakit parasitik yang ditemukan di Indonesia terdiri dari kecacingan (cacing gelang, tambang, kremi, filaria, dan beberapa jenis cacing pita) dan infeksi protozoa (malaria, toksoplasma, dan protozoa usus). Meski gejala beberapa infeksi tidak berat dan kurang spesifik, infeksi kronis dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang, anemia, dan penurunan produktivitas. Di sisi lain, beberapa infeksi parasit, seperti malaria, dapat menyebabkan gejala parah yang berujung pada kematian.
Meski beberapa infeksi parasit cukup umum ditemukan, kasus-kasus parasit tertentu sangat “unik” dan jarang ditemukan. Ketidakfamilieran terhadap kasus-kasus tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan kesalahan diagnsosis yang berujung pada penanganan yang kurang efektif. Selain itu, diagnosis menggunakan beberapa metode imunologis juga memiliki kontroversi dalam kasus-kasus klinis.