Oleh : Andi Agus Subroto
PERJALANAN hidup seseorang siapa yang tahu. Kemarin bukan siapa-siapa, sekarang telah menjadi hero.
Menyimak perjalanan seseorang dalam bertekun meraih asanya adalah salah satu kegemaran saya. Informasi bisa saya peroleh melalui tulisan dalam blog, suara dalam podcast, maupun video dalam kanal Youtube.
Terasa begitu nikmat saat melihat sebuah pencapaian diperoleh seorang manusia secara epik, bukan instan. Apalagi manusia itu adalah kita sendiri. Ada cerita lelah, tangisan, ketidakberdayaan, sampai seseorang itu bisa bertemu dengan jalan suksesnya.
Berkenaan dengan hal di atas. Kali ini saya ingin bercerita tentang bagaimana orang-orang tersebut bisa menemukan jalan terang dalam hidupnya. Sepertinya ada pola unik yang mereka terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, yang bisa kita contoh bersama. Mereka bukanlah seorang yang instan dalam meraih kesuksesannya. Ada jalan panjang yang ditempuh dengan ketekunan yang luar biasa.
Kenapa begitu banyak orang ingin melakukan sesuatu, tapi akhirnya tidak jalan-jalan? Ya, karena memang kita manusia itu punya “sikap inersia” atau malas melakukan action baru yang tidak sesuai zona nyamannya.
Sedangkan melakukan sesuatu yang berada di luar zona nyaman kita, adalah sebuah pilihan yang dipilih oleh orang-orang sukses tersebut. Mereka melakukan itu semua untuk menambah amunisinya untuk bisa sukses.
Dalam kasus saya, sekadar contoh saja, awalnya saya sendiri lebih suka kepada kegiatan berbicara, karena melalui lingkungan dan organisasi saya dikenalkan dengan kegiatan itu, dibandingkan kegitan menulis. Melakukan kegiatan menulis bagi saya adalah keluar dari zona nyaman, awalnya. Tetapi profesi saya yang sekarang menuntut memiliki skill menulis dalam pekerjaannya. Sehingga suka tidak suka saya dipaksa oleh keadaan untuk mau menjalani sesuatu yang yang tidak saya sukai awalnya.
Nah, berkenaan dengan hal itu. Tentu ada cara yang bisa membantu kita melakukan sesuatu kegiatan baru agar bisa berjalan dengan baik, meski kegiatan baru itu di luar zona nyaman kita.
Adalah Profesor BJ Fogg. Dari Stanford University mengenalkan konsepnya yang disebut dengan TINY HABITS. Yang bisa kita gunakan untuk praktik dengan baik memulai kegitan baru kita. Bahasa lain dari konsep ini adalah small habits.
#Pertama.
Menentukan apa tujuan epik yang ingin kita raih, sehingga kita secara pelan-pelan akan bisa menjadi lebih sukses.
#Kedua.
Selanjutnya merumuskan tindakan konkrit dan kecil skalanya yang bisa kita untuk wujudkan tujuan itu. Mulailah tindakan kecil dengan skala yang sangat kecil, dan kemudian jadikan tindakan ini sebagai habit. Dalam kasus saya sendiri, kegiatan kecil menulis tiap hari meski hanya satu paragraf telah rutin saya lakukan dalam waktu lama.
Sebuah action yang pada mulanya kecil, simpel dan mudah dilakukan, akan memberikan sense of progress saat benar-benar berhasil diwujudkan.
Dan akhirnya sense of progres ini akan menggulung membawa efek bola salju.
Pelan namun pasti, akan tercipta efek perubahan besar dan masif dalam diri kita. Dan acapkali membuat kita sendiri merasa tercengang dengan efeknya.
Itulah hakikat tiny habits, yang dikenalkan oleh Prof BJ Fogg. Dengan menetukan target melalui action dan habit yang so small, secara perlahan akan merubah diri kita ke arah yang lebih baik. Dan saya yakin kegiatan menulis ini akan memberi efek positif bagi saya ke depannya.
Tiny habits ini semacam jembatan proses yang akan membantu kita dalam meraih sebuah impian sukses yang didambakan. Menjadi seorang dosen tentu mentok-mentoknya semua kesuksesan selalu diukir dengan sebuah karya tulisan.
Pada level awal, saya sendiri pun harus mulai mencintai dunia kepenulisan. Pelan tapi pasti tiny habit ini saya mesti kerjakan setiap hari, meski saja sampai sekarang pun, masih ada perasaan tidak bisa untuk bisa menulis dengan baik untuk jenis tulisan non fiksi.
Tapi saya merawat habit baru ini dengan sikap yang benar, yaitu selalu untuk mau belajar dan praktik terus menulis. Hanya dengan cara ini, saya meyakini mimpi yang terselip di balik benak ini akan mewujud nyata dikemudian hari, amin yra.
Penulis : Andi Agus Subroto, mahasiswa S3 FEB UB, praktisi manajemen embongan