Kanal24 – Bulan Ramadan, bulan suci yang penuh berkah. Seluruh umat Muslim di seluruh dunia menantikan keistimewaan di Bulan Ramadan. Mulai dari keramaian jalanan Jakarta hingga padang pasir yang tenang di Arab Saudi, semua orang merayakan kehadiran Bulan Ramadan. Bagaimana tidak, di bulan ini merupakan waktu yang tepat bagi orang-orang bersama-sama untuk merenungkan iman dan ketakwaan mereka, melakukan amal kebaikan, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tiap-tiap negara memiliki tradisi perayaan Ramadan dengan cara yang unik dan khas. Berikut ini adalah beberapa tradisi yang dilakukan oleh berbagai kalangan di seluruh belahan dunia.
1. Haq Al Laila.
Perayaan Haq Al Laila (Blendspace.com)
Haq Al Laila merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh anak-anak Uni Emirat Arab. Anak-anak kecil di seluruh belahan Arab menjelajah perkampungan untuk mengetuk pintu-pintu rumah di sekitar lingkungannya dengan bernyanyi. Sebagai imbalannya, para pemilik rumah memberikan permen dan jajanan manis kepada anak-anak yang datang ke rumahnya. Anak anak akan mulai menjelajah lingkungan perumahan setelah Salat Magrib berakhir. Kegiatan Haq Al Laila umumnya dilakukan di pertengahan Bulan Sya’ban dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Haq Al Laila jelas menjadi hari dimana banyak anak akan merasakan kesenangan. Namun tidak hanya itu, para keluarga besar akan berkumpul dan membuat hidangan spesial seperti luqaimat. Luqaimat merupakan kudapan khas Arab, terbuat dari adonan tepung yang dimasak kemudian diberi gula. Memiliki rasa dominan manis yang renyah di luar dan lembut di dalam.
2.Fanous
Lampu kota mesir (egyptianstreets.com)
Sebuah kegiatan simbolik yang dimiliki oleh mesir. Dimana masyarakat Mesir menyalakan lentera di sepanjang jalan dan di teras rumah-rumah. Dilansir dari the national news, setelah ditelusuri tradisi Fanous sudah dilakukan dari zaman Mesir kuno. Dimana ketika itu lentera-lentera dipasang untuk memperingati kelahiran raja-raja Firaun setiap tahunnya. Namun kini menghias jalanan dengan lampion menjadi tradisi di bulan ramadan. Kini hiasan lampion tidak lagi berisi lilin atau minyak dan sumbu, desain lampion telah diperbarui dengan menggunakan lampu listrik yang dapat berkelap-kelip dan bahkan beberapa lampion memiliki pengeras suara yang memainkan lagu khas amadan. Lampion modern memiliki motif tradisional khas mesir namun juga ditambahkan ornamen budaya populer seperti tokoh kartun dan sosok pemain sepak bola.Meskipun lampion sendiri tidak bersifat religius dalam arti tidak disebutkan dalam kitab suci Islam, lampion telah menjadi bagian penting dari perayaan Ramadhan, khususnya bagi masyarakat Mesir.
3.Nyekar
Kegiatan nyekar (antaranews)
Nyekar, sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini merupakan akulturasi budaya Islam-Jawa-Hindu yang menjadi ajang untuk mengingatkan akan kematian, serta memperkuat tali salaturrahmi antara yang masih hidup dengan yang telah meninggal dunia. Kegiatan nyekar dilakukan oleh keluarga dari orang-orang yang sudah meninggal. Dilakukan dengan cara mendatangi makam lalu membersihkan makam dari rumput liar dan mendoakan anggota keluarga yang telah meninggal. Keluarga biasanya akan membawa air, bunga-bungaan dan minyak wewangian.
4.Al Muhaibis
Permainan Mhebis (thenationnews)
Al Muhaibis atau Mhebis merupakan permianan tradisional yang banyak dilakukan oleh warga Irak pada bulan Ramadan setelah berbuka hampir di setiap harinya. Permainan dilakukan dengan membagi sekelompok orang menjadi dua kelompok sembari menyanyikan lagu-lagu Baghdadi. Lalu terdapat beberapa peran dalam permainan ini, wasit, kapten, dan anggota tim. Di awal permainan kapten akan meletakkan sebuah cincin ke tangan salah satu anggota tim. Lalu sang kapten akan berkata “Baat,” sebagai pertanda bahwa cincin telah dipegang oleh seseorang. Dua orang dari tim bertahan akan mencoba mengecoh dan berusaha melindungi kapten dengan selembar kain. Selama kapten mencoba menyembunyikan cincin. Sementara itu kapten kelompok lain berusaha untuk menemukan cincin yang telah disembunyikan. Jika kapten dapat menemukan cincin tersebut maka giliran akan diganti dengan kelompok yang telah menemukan. Sayangnya permainan ini mulai ditinggalkan akibat para kaum muda yang kini lebih memilih untuk bermain game online dan mulai meninggalkan tradisi permainan tradisional. Padahal permainan Mheibi memiliki makna untuk mempererat tali persaudaraan dengan permainan bekerjasama antar kelompok.
Namun, terlepas dari banyaknya kegiatan tradisi di seluruh dunia, bulan Ramadan tetap menjadi momen yang sangat penting bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama manusia. Selain itu, Ramadan juga menjadi waktu di mana banyak orang berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti memberikan makanan dan sumbangan untuk mereka yang membutuhkan.