Oleh : Ir. L Tri Wijaya, ST., MT., Ph.D.
Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari 2 tahun membuat chaos global yang begitu luar biasa dampaknya. Dalam kurun waktu itu pula kita mulai mengenal istilah ‘Era VUCA’ (volatility, uncertainity, complexity, dan ambiguity), selain itu juga istilah shifting paradigm mulai banyak bermunculan di berbagai media dan forum bisnis.
Namun, dari sekian model atau istilah perubahan tersebut, tidak ada salahnya jika kita menelaah kembali beberapa teori lama yang berkembang dalam dunia industri. Apakah teori dan model tersebut masih relevan ketika dihadapkan dalam situasi global selama pandemic dan pasca pandemic berjalan.
Salah satu yang menarik untuk kita telaah kembali adalah teori Value Chain Analysis (VCA). Michael Porter (1985) memperkenalkan pertama kalinya konsep VCA dengan Porter’s Value Chain Modelnya ini yang merupakan proses di mana sebuah perusahaan mengidentifikasi primary activies dan supporting activity yang menambah nilai produk, kemudian menganalisisnya untuk mengurangi biaya atau meningkatkan diferensiasi. VCA merupakan strategi yang digunakan untuk mengalisis kegiatan internal perusahaan. Dengan kata lain, dengan melihat ke dalam kegiatan internal, analisis tersebut mengungkap di mana keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau kekurangannya. Perusahaan yang bersaing melalui keunggulan diferensiasi akan mencoba untuk melakukan kegiatan yang lebih baik dari yang akan dilakukan pesaing. Jika bersaing melalui keunggulan biaya, maka akan mencoba untuk melakukan kegiatan internal dengan biaya lebih rendah dari pesaing. Ketika sebuah perusahaan mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dari harga pasar atau untuk memberikan produk-produk unggulan, maka memperoleh keuntungan.
Namun, terlepas dari konsep strategi tersebut, yang perlu kita perhatikan kembali adalah variable didalam primary activities dan support activities, apakah masih relevan dengan perkembangan dunia industri saat ini ? Terlebih pasca pandemic, dimana setiap aspek kehidupan kita termasuk aktivitas bisnis memerlukan bantuan teknologi.
Renald Kasali (2019) dalam bukunya yang berjudul The Great Shifting, telah menjelaskan bagiaman pola pergeseran industri tersebut. Dimana awalnya banyak industri tumbuh dengan model “product based”, saat pandemic maupun pasca pandemic “dipaksa” untuk bergeser menjadi “platform based”. Sehingga ketika sebuah industri telah bertransformasi dalam business process nya dari yang awalnya hanya “product based” menjadi “platform based”, unsur teknologi menjadi sangat penting dalam aktivitasnya.
Jika kita menggunakan pendekatan VCA, sederhananya maka akan terjadi transformasi value didalamnya, khususnya tentang peran “technology” yang awalnya bersifat “support activities” menjadi “primary activities”. Hal tersebut berdasarkan hipotesa kami selama ini, memperhatikan bagaimana peran “technology” khususnya Information Technology dalam industri berbasis “product based”, hanya bersifat aktivitas pendukung bisnis utama saja. Sistem informasi yang dirancang dan diimplementasikan, secara tidak langsung membantu melakukan efisiensi proses bisnis didalamnya. Sehingga tidak secara langsung berdampak kepada “total revenue” didalam bisnis tersebut.
Namun, ketika kita berbicara tentang “platform based”, dimana selama pandemic dan bahkan pasca pandemic, banyak bermunculan industri yang menggunakan teknologi sebagai bisnis utamanya, seperti beberapa bisnis Start-Up technology mendapatkan “total revenue” yang exponensial pertumbuhannya dari pengguna digital platform tersebut.
Sehingga secara actual atau operasional, jika kita menggunakan pendekatan VCA, telah terjadi transformasi value ketika industri berkembang dengan “platform based” di era Society 5.0 kedepan. Aspek teknologi, khususnya teknologi informasu tidak lagi bersifat “supporting” saja, namun telah menjadi “primary activity” dalam proses bisnis sebuah industri.
Berdasarkan perubahan atau transformasi tersebut, tentu yang tidak kalah pentingnya kembali adalah bagaimana kita mempersiapkan SDM yang mampu “robust” terhadap berbagai perubahan teori, model dan dunia bisnis dimasa mendatang. Karena dengan memasuki era VUCA, manusia “dipaksa” secara cepat dan tepat untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Ilmu teori dan praktiknya dalam kehidupan terus berubah bertumbuh kembang, maka sudah sepantasnya manusia didalamnya melakukan transformasi namun dengan tidak meninggalkan norma, nilai dan etika kehidupan yang lebih baik.(*)
Penulis : Dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya