KANAL24, Jakarta – Kementerian Keuangan memaparkan realisasi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) Tahun 2019. Indonesia ternyata masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,05% pada 2019.
Dalam pemaparan di Jakarta, Selasa (7/1), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun lalu mencapai 5,05%. Capaian ini meleset dibandingkan target pertumbuhan ekonomi nasional dalam APBN 2019 yang mencapai 5,3%.
Tahun sebelumnya, Indonesia masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,17%. Walau diakui, pencapaian tersebut juga meleset dibanding target pertumbuhan ekonomi nasional dalam APBN 2018 yang sebesar 5,4%.
“Secara umum dinamika perang dagang dan geopolitik global memang membayangi perekonomian Indonesia sepanjang 2019,” kata Sri Mulyani, di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta.
Sri Mulyani menjelaskan capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif baik di tengah situasi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. Belum lagi dengan tekanan akibat perang dagang antara Amerika Serikat-China.
“Faktanya pertumbuhan ekonomi yang melambat memang terjadi di banyak negara, termasuk yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia,” jelas Sri Mulyani. Dia mencontohkan hingga kuartal III-2019, pertumbuhan ekonomi China hanya 6% dan Amerika 2,1%. Ini melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Inflasi mampu ditekan hingga mencapai 2,72% pada 2019. Angka ini lebih baik dibanding target dalam APBN 2019, yakni 3,5%. Sementara pada tahun sebelumnya, realisasi inflasi mencapai 3,1%, lebih rendah dari target dalam APBN 2018 sebesar 3,5%.
Tingkat bunga SPN 3 bulan realisasinya sebesar 5,6% dalam APBN 2019. Ini berbeda dengan target dalam APBN 2019 yang tercatat 5,3%. Nilai tukar rupiah realisasinya Rp14.146 per dolar AS, berbeda dengan target dalam APBN 2019, yakni Rp15.000 per dolar AS.
Harga minyak mentah Indonesia sebesar USD62 per barel, berbeda dalam target APBN 2019 yakni USD70 per barel. Lifting minyak realisasinya 741 ribu barel per hari, lebih rendah dari target APBN 775 ribu barel per hari.
Terakhir, realisasi lifting gas 2019 sebesar 1,05 juta barel setara minyak per hari, masih di bawah target dalam APBN 2019, yakni 1,25 juta barel setara minyak per hari.
Sri Mulyani menegaskan perekonomian domestik sepanjang 2019 mampu menunjukkan ketahanan di tengah gejolak ekonomi global. “Ini terlihat dari pertumbuhan yang diproyeksikan stabil pada kisaran 5% dengan didukung inflasi yang rendah, nilai tukar yang terkendali serta yield surat utang negara yang menurun,” jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani menegaskan APBN dirancang untuk menjaga momentum positif pertumbuhan ekonomi dan stablilitas makro ekonomi. Untuk itu, pemerintah akan tetap memberikan insentif pajak terhadap dunia usaha di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, pemerintah juga menjaga alokasi belanja negara yang produktif dan optimal dalam memperkuat perlindungan sosial, menunjang pembangunan infrastruktur, memperbaiki kesejahteraan dan menciptakan keadilan ekonomi.
“Namun pemerintah tetap mewaspadai ketidakpastian yang tinggi pada 2019 akan tetap berlanjut di 2020. Terutama menyangkut dinamika perang dagang dan tensi geopolitik dunia yang meningkat,” tutur Menkeu. (sdk)