Kanal24, Malaysia — Kolaborasi internasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin penting, terutama dalam menghadapi tantangan global yang kompleks. Di bidang kelautan dan perairan, kerjasama internasional menjadi krusial mengingat lingkungan perairan melintasi batas negara dan dipengaruhi oleh faktor-faktor global seperti perubahan iklim, pencemaran laut, serta eksploitasi sumber daya alam. Untuk itu, institusi pendidikan tinggi, seperti Universitas Brawijaya (UB), terus berupaya memperluas jaringan kerjasama dengan lembaga riset internasional guna mengembangkan inovasi, memperkaya riset, dan meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya perairan yang berkelanjutan.
Salah satu langkah strategis UB dalam memperkuat kolaborasi internasional adalah melalui program Dosen Berkarya (DOKAR) yang pada tahun 2024 berfokus pada kerjasama dengan Borneo Marine Research Institute (BMRI) di Universitas Malaysia Sabah. Program ini tidak hanya menjadi sarana bagi UB untuk berkontribusi pada ilmu pengetahuan global, tetapi juga untuk belajar dan berinovasi bersama dalam bidang kelautan dan perairan, yang menjadi salah satu sektor penting bagi masa depan ekologi dan ekonomi dunia.
Selama lima hari, dari 30 September hingga 4 Oktober 2024, tim DOKAR UB menjalankan serangkaian kegiatan yang berfokus pada riset toksisitas lingkungan serta rekonstruksi kurikulum pendidikan kelautan, yang diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi dunia akademik dan masyarakat luas.
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 (23/10/2024) dijelaskan, Tim DOKAR UB yang dipimpin oleh Lutfi Nimatus Salamah, S.Pi., M.Eng. ini terdiri dari beberapa dosen ahli, diantaranya Prof. Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si., Dr. Ir. Umi Zakiyah, M.Si., dan Attabik M. Amrillah, S.Si., M.Si. Program ini difokuskan pada pengujian toksisitas herbisida dan logam berat merkuri (Hg) pada Artemia, serta pembahasan rekonstruksi kurikulum Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan dan pengabdian kepada masyarakat.
“Kegiatan DOKAR tahun ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan kami ke BMRI tahun lalu. Kami melihat potensi besar untuk mempererat kerjasama dalam bidang akademik, riset, dan pengabdian kepada masyarakat,” ujar Lutfi Nimatus Salamah.
Salah satu kegiatan yang menonjol adalah workshop pengujian toksisitas. Dalam workshop tersebut, dosen dan peneliti dari kedua universitas berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait metode pengujian toksisitas yang efektif dan efisien. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam pengelolaan lingkungan perairan, khususnya mengenai pencemaran oleh bahan kimia berbahaya.
Selain workshop, tim DOKAR juga menggelar forum diskusi kelompok (FGD) yang membahas rekonstruksi kurikulum Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan. FGD ini menyoroti relevansi kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini serta kebutuhan pasar kerja.
“Melalui rekonstruksi kurikulum, kami berharap dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri dan mampu menjawab tantangan pengelolaan sumber daya perairan yang semakin kompleks,” tambah Prof. Uun Yanuhar
Kunjungan ke BMRI juga membuka peluang bagi para dosen UB untuk memperkuat jaringan kerjasama dengan peneliti di Malaysia. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan publikasi ilmiah bersama dan proyek riset berskala internasional.
Kegiatan DOKAR 2024 ini memberikan banyak manfaat bagi Universitas Brawijaya, baik dalam peningkatan kapasitas dosen maupun pengembangan riset. Ke depan, kegiatan serupa diharapkan dapat terus berlanjut secara berkelanjutan untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
“Kami berharap kerjasama dengan BMRI dapat terus berlanjut dan menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat,” pungkas Lutfi Nimatus Salamah.(din)