Kanal24, Malang – Masalah limbah organik rumah tangga menjadi tantangan serius yang mengancam kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di sisi lain, potensi ekonominya masih belum tergarap maksimal, terutama di tingkat desa. Menjawab persoalan ini, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melalui program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) menghadirkan solusi inovatif berbasis budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) kepada warga Desa Sidodadi, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Dalam rangka mendukung capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) serta SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), Tim MMD UB menggelar rangkaian edukasi dan pendampingan bertajuk “Cerdas Mengelola Limbah Organik melalui Maggot BSF” di RW 06, Dusun Kalianyar, Desa Sidodadi. Program ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Strategis yang diketuai oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si., bersama tim dosen Alia Fibrianingtyas, S.P., M.P.; Imaniar Ilmi Pariasa, S.P., M.P.; dan Mahfudlotul ‘Ula, S.E., M.Si.
Kegiatan perdana dilaksanakan pada Sabtu (12/7/2025), dimulai sejak pagi hari dengan sambutan dari Ketua RW 06 dan Ketua Kelompok MMD. Wakil Ketua Pelaksana, Erica Vina, menyampaikan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan limbah rumah tangga. Edukasi yang disampaikan dikemas secara visual dan interaktif, mulai dari studi kasus pencemaran lingkungan, pengenalan maggot BSF, proses penguraian limbah oleh maggot, hingga manfaat ekonominya yang menjanjikan.

Menurut pemaparan tim MMD, maggot BSF memiliki nilai ekonomi tinggi. Tak hanya sebagai agen dekomposer, maggot dapat diolah menjadi pupuk organik, pakan ternak tinggi protein, hingga produk pangan seperti kerupuk dan mie instan berbasis tepung maggot. Bahkan, beberapa produk UMKM hasil olahan maggot telah sukses menembus pasar lokal dan mendapat sambutan positif masyarakat.
Puncak kegiatan pelatihan diisi dengan praktik langsung menguraikan limbah menggunakan maggot yang melibatkan warga. Meski tidak menggunakan limbah rumah tangga asli karena alasan sanitasi, praktik ini tetap menjadi media belajar aplikatif dan menyenangkan bagi warga.
Sebagai tindak lanjut, tim MMD kembali hadir pada Senin, (14/7/2025) untuk mendampingi warga dalam tahap budidaya lanjutan. Setelah pre-test pemahaman peserta, warga diajarkan cara membuat media maggot dari bahan sederhana. Diskusi berlangsung aktif seputar perawatan media, suhu, hingga perlindungan dari predator.
Salah satu indikator keberhasilan terlihat dari munculnya maggot dewasa yang berhasil mengurai sisa makanan dan pupa yang berkembang menjadi lalat dewasa BSF, menandakan keberhasilan ekosistem budidaya. Namun, keberhasilan ini menuntut konsistensi tinggi, baik dari segi kebersihan maupun manajemen koloni.
Ketua Pelaksana Program, Ratu Nabila Nur Sinta, menyampaikan, “Kegiatan ini bukan hanya penyampaian teori, tetapi mengajak warga terlibat langsung dalam praktik budidaya maggot. Kami yakin maggot BSF dapat menjadi solusi inovatif untuk pengelolaan limbah sekaligus peluang ekonomi baru yang mendukung SDGs 8 dan 12.”
Antusiasme tinggi ditunjukkan warga sepanjang kegiatan. Salah satu warga, Ketua RW 06, menuturkan, “Kami jadi tahu bahwa pengelolaan limbah itu bisa dilakukan dari dapur rumah sendiri. Ini membuka wawasan baru, bukan hanya soal kebersihan, tapi juga soal peluang usaha.”
Melalui program ini, mahasiswa UB berhasil menunjukkan bahwa edukasi, inovasi, dan aksi langsung di lapangan mampu menjadi solusi efektif persoalan lingkungan desa. Budidaya maggot tidak hanya menawarkan cara baru dalam mengelola sampah organik, tetapi juga membentuk fondasi ekonomi berkelanjutan yang berbasis pada potensi lokal masyarakat.(Din)