Kanal24, Malang – Di tengah meningkatnya serangan siber yang menyasar institusi pendidikan tinggi—mulai dari kebocoran data, serangan ransomware, hingga infiltrasi layanan digital—universitas dituntut tak hanya adaptif, tetapi juga mandiri dalam membangun sistem pertahanan digitalnya. Tantangan ini kian mendesak seiring massifnya aktivitas akademik berbasis teknologi. Dalam konteks inilah, Universitas Brawijaya (UB) bersama Indonesian Research and Education Network (IDREN) menggelar Workshop Cybersecurity Resiliency in Higher Education Institutions pada 14–15 November 2025 di Ijen Suites Resort & Convention Hotel, Malang.
Kegiatan strategis ini menjadi ruang konsolidasi antara perguruan tinggi, ISP, serta mitra industri teknologi untuk memperkuat kesiapan, respons, dan kolaborasi keamanan siber nasional. Workshop juga menjadi panggung bagi UB meluncurkan inovasi terbarunya: Web Application Firewall (WAF) “Pamugas”, sebuah terobosan sistem pertahanan digital yang dikembangkan secara mandiri oleh Tim Pamugas UB.
Acara ini terselenggara atas dukungan Globalizing UB Project di bawah program Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Internasionalisasi.

Upaya Kemandirian Siber dan Lahirnya Firewall “Pamugas”
Workshop dibuka oleh Dr. Achmad Basuki, S.T., M.MG., Ph.D., selaku Sekretaris Jenderal IDREN. Setelah itu, Direktur Direktorat Teknologi Informasi (DTI) UB, Dr. Raden Arief Setiawan, S.T., M.T., menyampaikan alasan pentingnya UB mengembangkan solusi keamanan mandiri.
“Inisiatif ini muncul karena kita sudah sering berganti firewall dengan biaya yang cukup tinggi. UB berupaya mengembangkan teknologi yang sesuai kebutuhan lokal, termasuk kemampuan memblokir judi online,” tegasnya.
Dr. Arief juga menekankan bahwa kemandirian siber adalah bagian dari kedaulatan digital nasional. “Kami mengajak universitas lain ikut berkolaborasi. Dengan kemajuan teknologi saat ini, saya yakin kita mampu membuat firewall sendiri yang bisa dimanfaatkan bersama,” ujarnya.
Peluncuran WAF “Pamugas” menjadi puncak penting workshop. Solusi ini diharapkan mampu memperkuat perlindungan perangkat digital kampus, mencegah serangan web, serta memastikan keamanan layanan akademik dan administratif.
Wawasan Global dari Pakar REN dan Penguatan Jejaring Keamanan Nasional
Workshop kemudian diisi dengan pemaparan para pakar keamanan siber regional dan internasional. Dr. Achmad Husni Thamrin (SOI Asia, Jepang) menjelaskan peran REN sebagai jaringan kolaboratif Asia untuk memperkuat keamanan data riset. Dr. Shankar Karuppayah (Bitranger, Malaysia) memaparkan strategi mitigasi ancaman digital di lingkungan akademik, sementara Dr. Sye Loong Keoh (University of Glasgow, Singapura) membahas masa depan inovasi siber untuk ekosistem pendidikan.
Dua panel diskusi digelar untuk mendalami sinergi kampus–ISP serta urgensi koneksi perguruan tinggi ke IDREN sebagai “jalan tol data” yang cepat dan aman. Pada sesi praktik, DTI UB membagikan pengalaman mengimplementasikan Eduroam, sementara Dr. Widyawan (UGM–IDREN) mempresentasikan pemanfaatan platform Big Data untuk riset dan kolaborasi industri.
IDREN sebagai data highway bagi kampus Indonesia juga menjadi sorotan utama. Dalam sesi panel “Why Every HEI Should Connect to IDREN” yang dipandu Direktur DTI UB, Dr. Arief Setiawan, ditekankan bahwa koneksi IDREN penting untuk riset global, kolaborasi data besar, hingga keamanan trafik akademik.
Di sesi teknis, tim DTI UB membagikan praktik sukses implementasi Eduroam—akses Wi-Fi universal bagi seluruh civitas akademika dunia. Sementara Dr. Widyawan (UGM–IDREN) memaparkan pemanfaatan platform Big Data untuk riset dan industri.
Pembahasan Zero Trust Network dan penyusunan Roadmap Ketahanan Siber IDREN yang dipimpin Dr. Achmad Affandi menutup rangkaian kegiatan, menegaskan komitmen bersama memperkuat ekosistem digital aman bagi seluruh perguruan tinggi Indonesia.(Din)










