Kanal24, Malang – Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru di era teknologi modern, tim akademisi dari Universitas Brawijaya (UB) menggelar program pengayaan materi biologi dengan fokus pada nanoteknologi dan kecerdasan buatan (AI), yang dilaksanakan di MIPA Centre UB, Sabtu (7/9/2024).
Program pelatihan yang ditujukan untuk guru-guru biologi di Malang Raya ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang diinisiasi oleh Prof. Dr. Ir. Estri Laras Arumingtyas M.Sc.St. selaku Ketua Tim, serta didukung oleh para ahli di bidangnya, seperti Prof. Sutiman B. Sumitro SU DSc, Dr. Brian Rahardi S.Si. M.Sc, dan Dr. Turhadi S.Si. M.Si. Dalam pelaksanaannya program ini juga melibatkan mahasiswa S1, S2 dan S3 Biologi FMIPA UB.
“Kami berharap program ini dapat menjembatani kesenjangan pengetahuan para guru, sehingga mereka bisa memahami dan mengajarkan materi nanoteknologi dan AI dengan cara yang relevan dan mudah dipahami siswa,” tutur Prof. Laras.
Ia memaparkan bahwa dari data penelitian sebelumnya menunjukkan banyak guru biologi SMA yang kesulitan mengikuti perkembangan teknologi akibat terbatasnya akses informasi dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Padahal, pemahaman terhadap teknologi seperti nanoteknologi dan AI sangat diperlukan dalam era pendidikan yang semakin digital.
Meskipun banyak guru sudah mengenal teknologi ini melalui media, pengetahuan mereka masih sangat terbatas untuk dapat mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini dikhawatirkan dapat mengurangi kompetensi siswa dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan global.
Adapun berbagai studi menunjukkan bahwa kualitas pengajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Kompetensi guru adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi kemampuan siswa dalam memahami materi yang kompleks, terutama di bidang sains dan teknologi.
Dalam perkembangannya, Nanoteknologi dan AI adalah bidang dalam ilmu pengetahuan modern. Nanoteknologi, yang melibatkan manipulasi materi pada skala atom atau molekul, telah merevolusi berbagai bidang seperti kedokteran, ilmu material, dan keberlanjutan lingkungan. Dalam biologi, teknologi ini berpotensi mengubah segalanya mulai dari pengiriman obat hingga penelitian genetika.
Sementara itu, AI juga sedang mengubah penelitian biologi dengan memungkinkan ilmuwan menganalisis data besar, mensimulasikan proses biologis, dan bahkan memprediksi hasil biologis masa depan dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat teknologi-teknologi ini semakin terintegrasi dalam praktik ilmiah, penting bagi siswa—sebagai calon ilmuwan, dokter, dan insinyur—untuk memahami penerapan dan implikasi etis dari teknologi-teknologi ini.
Program pelatihan yang diselenggarakan UB ini memberikan solusi dengan menawarkan materi pengayaan tentang nanoteknologi dan AI. Selain itu, guru-guru juga diberi kesempatan untuk mengikuti sesi praktikum dan demonstrasi, sehingga mereka bisa langsung mempraktikkan materi yang diajarkan.
“Kami akan mengukur pemahaman para guru melalui evaluasi kuis. Selain itu, hasil dari program ini akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan dipresentasikan di seminar nasional, sehingga dampaknya dapat dirasakan lebih luas,” tambah Prof. Laras.
Selain dipublikasikan di jurnal, temuan dari program ini juga akan disebarluaskan melalui berbagai media, baik cetak maupun online, agar masyarakat umum juga bisa mendapatkan manfaat dari pelatihan ini.
Antusiasme guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Biologi ini menunjukkan komitmen para guru untuk terus memperbarui pengetahuan seiring dengan pesatnya perubahan dan perkembangan ilmu biologi saat ini.
“Awalnya kegiatan ini hanya untuk guru-guru biologi dari SMA di Malang saja, namun ternyata yang hadir tadi hingga guru dari Kediri,” ungkap Prof Laras senang. Tercatat 22 SMA mengirim beberapa guru bidang studi Biologi.
Prof. Laras berharap kegiatan ini bisa terus dikembangkan sehingga para guru dapat meningkatkan kompetensi mereka dan membantu siswa lebih siap menghadapi tantangan teknologi di masa depan.(din)