KANAL24, Malang – Fakultas Teknik Universitas Brawijaya kembali menyabet gelar juara. Kali ini, giliran tim aerokreasi FT UB mendapatkan juara 1 pada Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2019. KRTI diilaksanakan pada 1-6/10/2019 di Lapangan Udara TNI-AL Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Kontes ini merupakan kontes tahunan yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti dengan host salah satu kampus dan untuk KRTI 2019 yang berkesempatan menjadi host adalah UNESA.
Kanal24 berkesempatan mewawancarai dosen pembimbing tim aerokrasi, Dr. Eng Moch. Agus Choiron. Choi menuturkan lomba ini merupakan racing adu cepat pada track dengan fase take-off, manual flight yang kemudian autonomos flight dan terakhir landing dengan payload.
Tim aerokreasi terdiri dari 3 mahasiswa jurusan teknik mesin. Tim ini mengikuti 2 kategori lomba yaitu Fix Wing dengan kompetitor sebanyak 25 tim dan Racing Plane dengan 24 tim kompetitor. Kategori Racing Plane adalah melombakan pesawat agar bisa terbang secepat mungkin namun tetap berada di dalam track yang ditentukan secara autonomous. Sedangkan, kategori Fixed Wing adalah melombakan pesawat dengan misi monitoring dan mapping wilayah bertemakan wilayah terdampak bencana
.jpeg)
“Kita unggul terutama mampu berbelok pada radius yang tajam karena aileron dan elevator yang dipasang di pesawat yang mampu membantu manuver pesawat saat berputar balik di gate 700 meter. Dengan panjang race 700 meter pp atau sekitar 1400 meter, tim mampu menempuh dalam waktu 48 detik,” terang Choi.
Selain itu, ketua tim aerokreasi Muhammad Taufiq Luqman kepada kanal24 menambahkan bahwa timnya unggul pada indikator on track, yang mana pesawat tidak boleh keluar dari lorong yang sudah ditentukan sebagai syarat sah race.
“Pesawat kami unggul pada kemampuan untuk tetap terbang walaupun pada kondisi Tail-Wind seperti saat di venue lomba yang mana terdapat beberapa tim lain yang tidak berhasil pada kondisi tersebut. Kami berhasil mengungguli kecepatan tim-tim lawan kami dengan waktu selisih kurang lebih 4 detik lebih cepat dari lawan kami,” jelasnya.
Taufiq menuturkan, untuk persiapan sudah dilakukan sejak bulan Februari 2019. Dimulai dari me-riset wahana dengan desain, sistem, serta manufaktur yang sesuai dengan kebutuhan tiap kategori.

“Selain membuat wahana, diperlukan test-flight rutin agar dapat mengetahui karakteristik dari wahana yang kami buat, baik kekurangan serta kelebihan yang dimiliki sehingga bisa didapatkan wahana yang bisa menyelesaikan misi dengan optimal. Acuan kami adalah harus mampu melampaui capaian dari Juara 1 tahun sebelumnya. Setelah melewati 2 kali tahapan seleksi, akhirnya kami lolos dan berkesempatan tampil di KRTI 2019 ini,” tambah mahasiswa semester 7 itu.
Taufiq berharap, untuk selanjutnya bisa improve kualitas riset sehingga bisa menghasilkan wahana yang lebih baik lagi di tahun depan serta bisa ikut di beberapa kategori yang masih belum di ikuti dan mengejar juara umum KRTI tahun depan.
Choi melanjutkan bahwa perlu riset berkelanjutan untuk stabilisasi, bahan material dan desain launcher. Menurutnya, timnya perlu support dana untuk pembelian komponen dan uji coba, sehingga perlu dimasukkan sebagai riset unggulan penopang inovasi dan keberlanjutan riset.
Sebagai informasi, di final, UB bertemu dengan tim dari UNY, sedangkan perebutan juara 3 berhasil dimenangkan oleh tim Unand setelah mengalahkan tim Janabrata.(Meg)