Setiap kita pasti pernah berbuat salah dan dosa. Karena memang demikianlah manusia. Dinamakan manusia sebab kita seringkali lupa sehingga banyak berbuat salah dan menyimpang dari jalan kebaikan. Perbuatan salah dan dosa sejalan dengan naik turunnya iman yang bersemayam dalam hati. Disaat hati kuat dan dekat dengan Allah, maka iman akan semakin meninggi, naik ke puncak sehingga banyak menjalankan amal-amal ketaatan. Sebaliknya jika hati lengah dan lemah, maka diri ini akan menjauh dari kebaikan dan itulah saat keimanan sedang melemah dan terjatuh ke lembah kehinaan dengan perilaku yang buruk penuh kedhaliman diri. Karena demikianlah fitrah daripada hati. Hati berbolak-balik tergantung suasana dan keadaan diri dan lingkungan yang menyertainya. Sebuah ungkapan mengatakan
سمي الإنسان لنسيانه، و سمي القلب لتقلبه
Dinamakan manusia karena dia sering lupa dan dinamakan hati karena dia berbolak balik
Saat hati ini auh dari Allah, maka pikiran menjadi kacau, berantakan dan semrawut, perilaku cenderung buruk, mudah emosi tidak ada kontrol diri, ibadah dilakukan tanpa rasa dan seakan tak berbekas, kegelisahan menyertai setiap detak jantung, diri kita seakan terhimpit oleh persoalan duniawi yang tak kunjung reda. Semua itu bisa jadi disebabkan banyaknya dosa dan kesalahan yang melekat dalam diri sehingga mengganggu langkah kaki, menjadikan jiwa tidak menemukan ketenangan, ketentraman dan kepuasan sekalipun harta berlimpah, masalah terus menghadang seakan hadir tanpa ujung. Realitas seperti ini sebagaimana tergambar dalam doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabat ra agar meminta dijauhkan dari realitas yang demikian,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ, وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, hawa nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim no. 2722)
Seorang manusia terbaik bukanlah karena tidak pernah berbuat salah dan dosa, melainkan disaat diri kita berbuat salah maka kita segera ingat kepada Allah dan meminta ampun kepadaNya, beristighfar dan berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi kemudian berusaha mengganti keburukan itu dengan perbuatan baik. Sebagaimana diingatkan oleh Allah bahwa apabila kita melalukan perbuatan dosa dan kesalahan maka segeralah menuju Allah untuk memohon ampunannya.
فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۖ إِنِّي لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٞ مُّبِينٞ
Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu. (Adz-Dzariyat, Ayat 50).
Segera kembali ke pangkuan Allah untuk meminta ampun kepadaNya dengan bertaubat dan memperbanyak serta melazimkan beristighfar atas segala dosa dan kesalahan yang dilakukan agar Allah swt mengampuni dan menghapus dosa kita. Sebagaimana dalam hadist:
عن الْوَلِيد بن مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُصْعَبٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ، جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ»
Dari Al-Waliid bin Muslim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin Mush’ab, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ali bin Abdillah bin Abbas, dari bapaknya; Bahwasanya ia telah menceritakan kepadanya, dari Ibnu ‘Abbas; Bahwasanya ia telah menceritakan kepadanya, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang senantiasa (memperbanyak) istighfar niscaya Allah menjadikan baginya dari setiap kesempitan ada jalan keluar, dari setiap kesusahan ada jalan penyelesaian, serta memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka”. (HR. Abu Dawud)
Melazimkannya berarti terus menerus mengucapkannya dalam dzikir lisan kita setiap saat kapanpun saja, termasuk juga memanfaatkan momentum yang tepat untuk meminta ampun kepada Allah swt Namun ada pula momentum yang Allah menjadikan waktu-waktu tersebut sebagai pengampunan kepada para hambaNya, misal pada saat hari ‘Asyura (10 Muharram) yang di beberapa kalangan mengadakan dzikir istighfar bersama yang disebut dengan istilah Istighfarat. Karena pada hari itu, tercatat dalam sejarah banyak sekali peristiwa yang Allah swt mengampuni dosa dan menyelamatkan para hambaNya yang mulia, yaitu para NabiNya.
Sebagaimana dalam sejarah dijelaskan peristiwa yang terjadi saat itu (10 Muharram) antara lain
Nabi Adam bertaubat kepada Allah dan dipertemukan dengan Siti Hawa. Nabi Idris diangkat oleh Allah ke langit. Nabi Nuh diselamatkan Allah keluar dari perahunya sesudah bumi ditenggelamkan selama enam bulan. Nabi Ibrahim diselamatkan Allah dari pembakaran Raja Namrud. Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara. Penglihatan Nabi Ya’kub yang kabur dipulihkkan Allah. Nabi Ayub dipulihkan Allah dari penyakit kulit yang dideritainya. Nabi Yunus selamat keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam. Laut Merah terbelah dua untuk menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya dari tentera Firaun. Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah. Nabi Sulaiman dikaruniakan Allah kerajaan yang besar. Nabi Isa diangkat ke langit. Nabi Muhammad saw. terbebas dari racun orang-orang Yahudi. Hari pertama Allah menciptakan alam. Hari Pertama Allah menurunkan rahmat. Hari pertama Allah menurunkan hujan. Allah menjadikan ‘Arsy. Allah menjadikan Luh Mahfuz. Allah menjadikan alam. Allah menjadikan Malaikat Jibril.
Demikian pula, selain beristighfar untuk memohon ampunan Allah swt atas segala dosa dan kesalahan juga perlu melakukan berbagai upaya kebaikan. Karena salah satu cara agar Allah mengampuni dan menghapus dosa adalah kita harus mengganti perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik. Sebagaimana Firman Allah swt :
إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِۚ ذَٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ
Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).( Hud, Ayat 114).
Dan juga sabda Nabi :
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.)رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح)
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”. (HR. Tirmidzi)
Jika kita banyak berbuat dosa dengan lisan kita maka iringi atau gantilah dengan banyak berdzikir kepada Allah. Jika banyak dosa disebabkan oleh mata maka perbanyaklah melihat dan membaca mushaf al Quran. Jika dosa banyak dilakukan oleh tangan kita maka perbanyaklah bersedekah. Jika banyak dosa dilakukan dengan kaki, maka datangilah majelis ilmu dan tempat ibadah. Intinya adalah ganti dan iringi setiap keburukan dengan kebaikan.
Mengiringi perbuatan dosa dengan kebaikan, bisa jadi salah satu caranya adalah dengan banyak bersedekah untuk menghapusnya karena betapa banyak beragam persoalan dapat diselesaikan dengan sedekah. Antara lain : dapat menghapus dosa, memadamkan murka Allah, menjauhkan dari bala’, melembutkan hati, dapat menutup pintu-pintu keburukan bahkan dengan sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Sebagaimana beberapa sabda Nabi berikut :
الصدقة تطفئ الخطيئة كما يطفئ الماء النار
“Sedekah boleh menhapuskan dosa sebagaimana air mematikan api”.
الصدقة تطفئ غضب الرب وتدفع ميتة السوء
“Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan menolak mati jelek (su’ul khotimah).” (HR. Tirmidzi).
الصدقة ترد البلاء وتزيد في العمر
“Sedekah dapat menghilangkan bala’ dan menambah umur.”
من وجد في قلبه قساوة فلينشر الصدقة
“Barangsiapa hatinya keras, maka hendaklah dengan mengeluarkan sedekah”
الصدقة تسُدُّ سبعين بابا من السوء
“Sedekah menutup 70 pintu keburukan.” (HR. Thabrani).
داووا مرضاكم بالصدقة
“Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Al-Dailami).
Untuk itu, selagi diri kita diberi kesempatan waktu untuk bernafas mari kita perbanyak berdzikir melalui lisan kita dengan bertaubat dan beristighfar kepada Allah swt atas segala dosa kita dan memperbanyak bersedekah. Semoga dengan demikian Allah swt berkenan mengampuni dosa-dosa kita dan menghapusnya dari catatan amal buruk kita dan memasukkan diri kita dalam golongan ahli taubat (at tawwaabiin) dan Allah menjadikan diri kita husnul khatimah dan kelak berada dalam ridhoNya. Aamiiin….