Oleh : Setyo Widagdo*
Menteri Luar Negeri Sugiono, dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR 2 Desember 2024 yang lalu mengatakan, bahwa Indonesia masih melanjutkan aksesi atau proses untuk masuk menjadi anggota BRICS. Alasannya, Konferensi Tingkat Tinggi BRICS terakhir tak membahas mengenai pelemahan dollar AS atau dedolarisasi.
Keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS sebenarnya sejak lama di wanti-wanti oleh para ahli ekonomi maupun politik untuk dipertimbangkan secara mendalam, baik dari aspek ekonomi maupun aspek geo politiknya, bahkan di jaman Presiden Jokowi sempat ditunda.
Tulisan ini mencoba mengurai apa sebenarnya urgensi, potensi, tantangan dan plus minus nya jika Indonesia masuk menjadi anggota BRICS.
BRICS, adalah akronim dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, walaupun ada empat anggota lain, yaitu Iran, Mesir, Ethiopia dan Uni Emirat Arab.
BRICS adalah forum ekonomi dan politik yang menjadi pusat perhatian dunia. Sebagai kelompok negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, BRICS bertujuan untuk menciptakan tatanan global yang lebih seimbang. Dalam konteks ini, urgensi Indonesia menjadi anggota BRICS menjadi topik yang menarik, mengingat posisi strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan potensinya sebagai kekuatan ekonomi global.
Posisi Strategis Indonesia di Kawasan dan Dunia
Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dengan PDB yang terus bertumbuh, Indonesia memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada forum seperti BRICS. Posisi geografis Indonesia yang strategis di jalur perdagangan internasional juga menjadikannya pemain penting dalam perekonomian global. Bergabungnya Indonesia dengan BRICS dapat memperkuat pengaruhnya di arena internasional dan membuka peluang kerjasama yang lebih luas.
Potensi Ekonomi yang Besar
Indonesia memiliki basis ekonomi yang kuat dengan sumber daya alam melimpah, populasi muda yang produktif, dan pasar domestik yang besar. Menurut Bank Dunia, Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar dunia pada 2050. BRICS, yang berfokus pada peningkatan kerjasama ekonomi antar anggotanya, dapat memberikan Indonesia akses yang lebih baik ke pasar dan investasi dari negara-negara anggota lainnya.
Misalnya, kerjasama dalam bidang teknologi, infrastruktur, dan energi dapat ditingkatkan dengan anggota BRICS lainnya seperti China dan India. Selain itu, Indonesia juga dapat memanfaatkan forum ini untuk mendiversifikasi mitra dagang dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara Barat.
Tantangan Sistem Keuangan Global
Salah satu agenda utama BRICS adalah menciptakan sistem keuangan global yang lebih inklusif dan adil. Negara-negara anggota BRICS telah mendirikan New Development Bank (NDB) sebagai alternatif dari lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Jika Indonesia menjadi anggota, negara ini dapat memanfaatkan sumber pendanaan dari NDB untuk proyek infrastruktur besar dan program pembangunan lainnya, tanpa harus terikat pada persyaratan ketat yang sering diberlakukan oleh IMF atau Bank Dunia.
Dalam konteks ini, Indonesia juga dapat memainkan peran penting dalam mendorong reformasi sistem keuangan global, sehingga lebih mencerminkan kepentingan negara-negara berkembang.
Penguatan Posisi Politik dan Diplomasi
Di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks, keanggotaan Indonesia dalam BRICS dapat memperkuat posisinya di panggung internasional. Dengan bergabungnya Indonesia, BRICS akan semakin representatif terhadap kawasan Asia Tenggara. Hal ini dapat membantu Indonesia dalam mendorong isu-isu penting seperti keberlanjutan, perubahan iklim, dan keamanan maritim.
Selain itu, keanggotaan dalam BRICS dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk membangun aliansi strategis dengan negara-negara besar seperti Rusia dan China. Hal ini penting di tengah meningkatnya ketegangan antara blok Barat dan Timur, di mana Indonesia perlu menjaga keseimbangan diplomasi agar tetap menjadi kekuatan nonblok yang berpengaruh.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Namun, menjadi anggota BRICS bukan tanpa tantangan. Indonesia perlu memastikan bahwa kepentingan nasionalnya tetap terlindungi di tengah agenda global kelompok tersebut. Misalnya, Indonesia harus mampu menjaga independensinya dalam mengambil keputusan, terutama dalam menghadapi isu-isu sensitif yang melibatkan persaingan antara negara-negara besar seperti AS dan China.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa dominasi China dalam BRICS dapat mempengaruhi arah kebijakan kelompok ini. Oleh karena itu, Indonesia harus memperkuat posisi tawarnya dan memastikan bahwa BRICS tetap menjadi forum yang inklusif dan adil bagi semua anggotanya, dan tidak terjebak dalam dominasi China.
Ancaman Donald Trump yang akan memberlakukan tarif 100% terhadap barang-barang dari negara anggota BRICS perlu juga dipertimbangkan bagi kepentingan nasional Indonesia jika kelak akan masuk menjadi anggota BRICS, sebab perang dagang antara China dan AS nampaknya akan berlanjut.
Indonesia dibawah kepemimpinan Prabowo yang belum berumur 100 hari ini perlu benar-benar cermat dalam mengambil keputusan untuk masuk atau tidak dalam BRICS, jangan sampai kepentingan nasional dirugikan.
Peran BRICS dalam Dunia Multipolar
Dunia saat ini bergerak menuju tatanan multipolar, di mana kekuatan tidak lagi terpusat pada negara-negara Barat saja. BRICS adalah salah satu simbol dari perubahan ini. Dengan bergabung dalam BRICS, Indonesia dapat menjadi bagian dari upaya global untuk menciptakan keseimbangan kekuasaan yang lebih baik. Forum ini dapat menjadi wadah bagi Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang, khususnya dalam menghadapi tantangan global seperti ketidaksetaraan ekonomi, perubahan iklim, dan keamanan energi.
Penutup
Bergabung dengan BRICS menawarkan peluang besar bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi, politik, maupun diplomasi. Dengan potensi ekonomi yang besar dan posisi strategis di kawasan, Indonesia memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada BRICS. Di sisi lain, Indonesia juga dapat memanfaatkan keanggotaan ini untuk meningkatkan pengaruhnya di panggung internasional dan memperkuat kerjasama dengan negara-negara anggota lainnya.
Namun, Indonesia juga harus waspada terhadap tantangan yang mungkin muncul. Strategi yang matang diperlukan untuk memastikan bahwa kepentingan nasional tetap menjadi prioritas utama. Dengan pendekatan yang tepat, keanggotaan Indonesia dalam BRICS dapat menjadi langkah besar menuju tatanan global yang lebih inklusif dan adil.
Oleh karena itu, dengan berbagai peluang dan tantangan diatas, Indonesia bisa mempertimbangkan apakah masuk menjadi anggota BRICS itu urgen atau tidak.
*) Prof. Dr. Setyo Widagdo, S.H., M.Hum., Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UB