KANAL24, Los Banos – Universitas Brawijaya terus meningkatkan kontribusinya dalam keilmuan global. Mengatasi permintaan yang meningkat untuk micro-credentials dalam ranah akademis, Prof Imam Santoso, Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Brawijaya, berpartisipasi dalam Workshop on Building a Common Understanding and Set of Policies for Micro-credentials. Workshop tersebut diselenggarakan SEARCA, Los BaƱos, Laguna, Philippines pada 7-8 Mei 2024 sebagai bagian Project dengan pendanaan Erasmus+.
Turut hadir dalam forum inipimpinan perguruan tinggi anggota SEARCA seperti Wakil Rektor Bidang Quality Development Katsersat University, Thailand (Dr Buncha Chimnasri), SEARCA Centre Director (Dr. Glenn Gregorio) Wakil Rektor Bidang Akademik UGM (Prof Wening Adasmoro), Wakil Rektor Bidang Akademik Maejo University Thailand (Prof Chaiyot Sumritsakun), Direktur Pascasarjana IPB (Prof Dodik Ridho Nurochmat), dan pemangku kepentingan dari berbagai universitas termasuk University of Philipine Los Banos (UPLB), Visayas State University dan Central Luzon State University, Filipina, dan Universitas Malaysia Sabah, Malaysia.
Workshop bertujuan untuk mengembangkan strategi, perjanjian, dan kerangka kerja untuk pembentukan dan jaminan kualitas micro-credentials, dengan fokus pada Food Security & Climate Change (FSCC). Perwakilan peserta dari setiap universitas , pakar subjek terkemuka dalam FSCC, dan pemangku kepentingan kunci dalam pengembangan kurikulum, akreditasi, pembuatan kebijakan, dan jaminan kualitas hadir pada acara tersebut.
Berbagai topik penting untuk implementasi yang efektif dari micro-credentials di lingkungan akademis dibahas dalam workshop. Peserta terlibat dalam diskusi yang produktif tentang hambatan logistik dan administratif, standar jaminan kualitas, integrasi ke dalam kursus yang ada, mekanisme konversi kredit, kemitraan industri, dan lainnya. Melalui sesi interaktif, kelompok diskusi, dan diskusi terbuka, peserta secara kolaboratif mengembangkan strategi untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam lanskap micro-credentials.
Peserta dikelompokkan dalam Wawancara Kelompok Fokus (FGD) untuk memperdalam pertanyaan-pertanyaan krusial seputar implementasi kebijakan, jaminan kualitas, komponen-komponen micro-credentials, integrasi ke dalam kursus yang ada, mekanisme konversi kredit, kemitraan industri, dan regulasi mahasiswa. Temuan berharga muncul mengenai perlunya kebijakan yang jelas, mekanisme jaminan kualitas yang kuat, kerangka integrasi yang fleksibel, dan proses transfer kredit yang lancar untuk memastikan efektivitas dan pengakuan micro-credentials dalam program gelar.
Diakhir workshop, peserta mengidentifikasi titik-titik aksi kunci dan merumuskan langkah-langkah berikutnya untuk memajukan agenda micro-credentials dalam pendidikan tinggi. Pembentukan kriteria umum, harmonisasi kebijakan universitas, pengembangan kerangka kerja jaminan kualitas, dan memperkuat kemitraan industri menjadi area prioritas untuk kolaborasi masa depan.
Partisipasi Wakil Rektor UB dalam Workshop tentang Kebijakan Micro-Credentials menegaskan komitmen kampus biru terhadap inovasi dan keunggulan dalam pendidikan tinggi dan menegaskan kembali dedikasi mereka untuk membentuk masa depan pembelajaran dan berkontribusi pada ekosistem pengetahuan global.
Hasil workshop tersebut menjanjikan transformasi lanskap pendidikan tinggi, memfasilitasi kolaborasi lintas disiplin, dan membekali peserta didik dengan keterampilan yang lentur untuk menghadapi tantangan yang berkembang di abad ke-21 yang selaras dengan langkah UB dalam memacu inisiatif dan inovasi dalam pendidikan diranah global(sdk)