Kanal24 – Di balik gemerlap dunia kecantikan, tren skincare berkembang begitu cepat, didorong oleh media sosial, influencer, dan iklan yang menjanjikan hasil instan dan kulit sempurna. Namun, tak semua tren itu layak diikuti. Beberapa justru bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan kulit. Para ahli dermatologi pun mengingatkan agar masyarakat tidak sembarangan mencoba produk atau metode perawatan yang sedang viral, terutama jika belum teruji secara medis.
Berikut ini tiga tren skincare yang sebaiknya kamu hindari demi menjaga kesehatan kulitmu:
Baca juga:
Rahasia Kecantikan Yoona Girls’ Generation: Sang Legendary Visual of K-Pop
1. DIY Skincare Menggunakan Bahan Dapur

Membuat masker wajah dari bahan dapur mungkin terdengar alami dan ekonomis, namun tak semuanya aman untuk diaplikasikan langsung ke kulit. Beberapa bahan yang populer seperti lemon, cuka apel, baking soda, hingga kayu manis justru bisa menimbulkan iritasi serius.
Lemon, misalnya, memiliki tingkat keasaman tinggi yang bisa merusak lapisan pelindung kulit serta meningkatkan risiko sensitivitas terhadap sinar UV. Baking soda, di sisi lain, terlalu basa untuk kulit dan dapat mengganggu keseimbangan pH alami kulit, menyebabkan kekeringan dan peradangan.
Menurut dokter kulit, produk skincare yang baik adalah yang telah diformulasikan dengan takaran dan pH seimbang, serta diuji secara klinis. Bahan alami memang terdengar menyehatkan, namun tidak semuanya cocok digunakan mentah-mentah tanpa pengolahan khusus.
2. Skincare Berlapis-Lapis Secara Berlebihan

Tren “10-step skincare routine” ala Korea sempat menjadi fenomena global. Banyak orang tertarik untuk menggunakan berbagai macam produk mulai dari toner, essence, serum, hingga sleeping mask dalam satu rutinitas harian. Sayangnya, semakin banyak produk tidak selalu berarti semakin baik.
“Overlayering” atau penggunaan produk secara berlapis-lapis justru dapat membebani kulit. Risiko iritasi, reaksi silang antar bahan aktif, dan breakout bisa terjadi jika produk yang digunakan tidak cocok atau saling bertentangan secara kimiawi.
Dokter kulit menyarankan rutinitas yang sederhana namun efektif: pembersih wajah yang sesuai, pelembap, dan sunscreen. Jika ingin menambahkan bahan aktif seperti retinol atau vitamin C, lakukan secara bertahap dan perhatikan reaksi kulit. Intinya, kenali kebutuhan kulitmu terlebih dahulu dan jangan tergoda untuk meniru rutinitas orang lain secara mentah-mentah.
3. Tren Bahan Ekstrem dan Eksperimental

Dalam pencarian kulit “glass skin”, muncul tren skincare dengan bahan-bahan ekstrem seperti lendir siput (snail mucin), blood facial, hingga produk berbasis emas atau berlian. Walau terkesan eksklusif dan canggih, efektivitas serta keamanannya masih dipertanyakan.
Prosedur seperti blood facial atau platelet-rich plasma therapy sebenarnya hanya aman jika dilakukan oleh tenaga medis profesional. Versi DIY yang kini marak di internet sangat berbahaya dan bisa berisiko infeksi. Demikian pula dengan bahan-bahan mewah seperti emas dan berlian, yang lebih banyak menonjolkan aspek pemasaran daripada manfaat nyata untuk kesehatan kulit.
Baca juga:
Unsyiah Kenalkan Produk Kecantikan dari Minyak Nilam
Para dermatolog lebih merekomendasikan penggunaan bahan-bahan yang telah terbukti klinis seperti hyaluronic acid, niacinamide, retinoid, dan tentu saja, sunscreen. Daripada mengejar efek kilau instan, lebih baik fokus pada perawatan jangka panjang yang aman dan efektif.
Mengikuti tren skincare memang bisa terasa menyenangkan, namun jangan sampai mengorbankan kesehatan kulit demi sesuatu yang belum tentu aman. Kulit membutuhkan perhatian dan perawatan yang tepat, bukan hanya efek visual yang viral di media sosial. Selalu cari informasi dari sumber terpercaya, konsultasikan dengan ahli, dan jadilah konsumen yang cerdas. Kulitmu bukan tempat eksperimen—rawatlah dengan ilmu, bukan ilusi. (bel)