Kanal 24, Malang – Rasa lelah berkepanjangan, kehilangan semangat, dan sulit berkonsentrasi sering kali dianggap hal biasa oleh mahasiswa atau pekerja. Namun, bila kondisi ini terus berlanjut dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi itu adalah tanda burnout, bukan hanya stres biasa.
Burnout merupakan kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh tekanan jangka panjang, terutama dalam konteks pekerjaan atau beban akademik. Rachel Goldman, psikolog klinis dari NYU Grossman School of Medicine, menyebut burnout sebagai kondisi serius yang memengaruhi produktivitas dan kesehatan secara keseluruhan.
Baca juga:
Pameran NIA FOCUS UMM: Budaya dalam Bingkai Fotografi
“Burnout bukan sekadar stres harian. Ini perasaan kehabisan energi, tidak berdaya, dan terbebani secara emosional,” jelas Goldman.
Tiga Tanda Utama Burnout
Judy Ho, neuropsikolog klinis dan penulis buku Stop Self-Sabotage, menyebut burnout memiliki tiga dimensi utama yang sering muncul bersamaan:
- Kelelahan emosional, meskipun tubuh sudah cukup istirahat.
- Depersonalisasi, yaitu sikap apatis atau sinis terhadap pekerjaan dan lingkungan sekitar.
- Perasaan tidak efektif, yaitu merasa gagal dan tidak berkontribusi meskipun sudah berusaha keras.
Menurut Dr. Ho, seseorang tidak harus mengalami ketiganya sekaligus untuk disebut burnout, namun gejala ini menjadi indikator penting dalam membedakannya dari depresi biasa.
Gejala yang Sering Diabaikan
Burnout tidak hanya berdampak di tempat kerja atau kampus, tetapi juga menjalar ke kehidupan pribadi. Di lingkungan kerja atau akademik, gejala burnout bisa berupa menurunnya kinerja, sering datang terlambat, kehilangan motivasi, merasa tidak dihargai, hingga menarik diri dari teman dan sulit fokus. Bahkan, kondisi seperti “kabut otak” atau brain fog, di mana seseorang merasa bingung atau tidak bisa berpikir jernih juga kerap terjadi.
Dalam kehidupan sehari-hari, tanda-tandanya antara lain: mudah marah, sulit tidur, kelelahan berkepanjangan, kehilangan minat terhadap hobi, hingga mengalami sakit kepala atau gangguan pencernaan tanpa sebab yang jelas. Bila gejala ini terus terjadi, penting untuk segera mengevaluasi kondisi diri dan mencari dukungan.
Pentingnya Dukungan dan Batasan
Dr. Ho menekankan bahwa banyak orang merasa bersalah saat mengalami burnout karena takut dianggap lemah. Padahal, terbuka terhadap kondisi diri dan meminta bantuan adalah langkah awal yang sehat.
“Ketika burnout tidak dibicarakan, seseorang merasa semua tanggung jawab ada di dirinya sendiri,” ujar Dr. Ho. Ia juga menyarankan agar kita mulai belajar mengatakan “tidak” saat memang tidak sanggup. Penolakan bisa dibingkai secara positif, misalnya dengan menunda bantuan dan menjadwalkannya di waktu lain.
Menemukan Kebahagiaan di Tengah Rutinitas
Zakia S. Williams, dari organisasi Black Men Heal, menyarankan untuk menciptakan ruang kecil yang membahagiakan dalam rutinitas padat. Aktivitas sederhana seperti jalan pagi, menonton film favorit, menggambar, atau berkebun dapat menjadi “vitamin” untuk kesehatan mental.
“Tidak semua orang mudah merasa bahagia. Kadang, kita perlu mencarinya,” ujar Zakia.
Selain itu, Rachel Goldman juga menyarankan beberapa langkah praktis untuk menjaga diri dari burnout:
- Buat batasan waktu kerja dan waktu istirahat
- Lakukan perawatan diri secara rutin
- Jaga pola tidur, makan, dan minum cukup air
- Dengarkan sinyal tubuh dan beri waktu untuk bersantai
- Konsultasi dengan profesional bila diperlukan
Baca juga:
Rahasia Cantik Korea: Glowing Tanpa Mahal
Siapa Saja Bisa Mengalami Burnout
Burnout bukan hanya dialami pekerja kantoran. Mahasiswa, pelajar, orang tua, bahkan pengasuh rumah tangga pun bisa mengalaminya. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini agar kita bisa segera mengambil langkah pencegahan.
Dengan memahami bahwa burnout adalah kondisi yang nyata dan bisa berdampak besar, kita semua diharapkan dapat lebih peduli terhadap kesehatan mental baik diri sendiri maupun orang di sekitar. Tak ada salahnya mengambil jeda, bicara dengan teman, atau sekadar mengistirahatkan diri agar tetap bisa menjalani hari dengan utuh. (han)