KANAL24, Malang – Universitas Brawijaya menggelar Car Free Day dengan mengambil tema “zero waste day”. Kegiatan CFD ini selain diisi dengan kegiatan jalan sehat, juga ada beberapa stand makanan dan minuman gratis yang diperuntukkan bagi peserta CFD, dengan syarat peserta harus membawa kotak makanan dan tumbler sendiri.
Pada kesempatan ini, Wakil Rektor bidang Perencanaan dan Kerjasama Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S. mengungkapkan tentang pentingnya memiliki pemikiran cinta lingkungan.
“Memang ketika bicara konservasi lingkungan, ujungnya adalah waste atau segala sesuatu yang tidak memiliki nilai tambah. Plastik itu kan ketika dibuang sulit dimanfaatkan kembali. Sehingga, di CFD ini, peserta harus membawa kotak makanan dan botol minuman sendiri supaya dengan CFD, dapat mengingatkan kita bahwa zero waste itu sangat penting. Semuanya harus terlibat dan mahasiswa yang harus jadi frontiernya,” ungkap Sasmito.
Sasmito berpesan, berfikir “green” bukan sebuah warna tapi sebuah mindset. Menghemat energi sebetulnya punya makna yang luas, apapun yang digunakan harus hemat. Ketika manusia hemat terhadap sesuatu yang digunakan, pasti lingkungan akan terjaga. Kemudian, berbicara lingkungan tidak bisa bicara tentang diri sendiri, harus saling bekerja sama. Kalau membuang sampah seenak sendiri, akhirnya akan merusak lingkungan dan juga merusak manusia. Jadi, hal ini merupakan tanggung jawab bersama.
Selain jalan sehat, pada CFD ini juga dilaksanakan cek gigi gratis oleh FKG UB, ada Stand health mental corner oleh Kementerian advokesma EM UB yang bekerja sama dengan komunitas Ruang Teras, donor darah oleh PMI, bertempat di gedung Rektorat lantai 1. Serta, workshop eco break zero waste lifestyle, oleh sulistyorini leader project dari komunitas Zona Bening.
Sulistyorini menyampaikan materi mengenai bagaimana supaya hidup ramah lingkungan dengan bijak menggunakan, bijak mengkonsumsi dan bijak menggunakan plastik.
“Jadi, bagaimana supaya teman-teman punya kesadaran bertanggung jawab atas sampahnya sendiri. Saya bilang kepada peserta mari kita ganti kata sampah dengan sisa konsumsi, jika masih punya sisa manfaat. Karena, kalau kita menggunakan kata sampah sepertinya sudah tidak ada manfaat yang didapat,” terang Sulistyorini.
Selain penyampaian materi, Sulistyorini memberikan workshop eco break. Workshop ini, namanya satu gerakan dimana bisa memunculkan kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap sisa konsumsi diri sendiri, utamanya plastik. Karena jumlah plastik banyak sekali, dengan membuat eco break setidaknya kita berjuang agar plastik tidak berakhir di tanah, di laut, juga di udara.(meg)