Kanal24, Malang – Di tengah kompleksitas dunia medis, 22 dokter baru Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) siap menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. FK UB mengukuhkan dokter baru, yang manandai awal perjalanan baru profesi medis lulusan terbaik FK UB.
Dekan FK UB, Prof. Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med, Sp.A(K), dalam sambutannya menekankan pentingnya nilai dedikasi dan komitmen dalam profesi ini.
“Hari ini, Anda melangkahkan kaki ke gerbang baru, memasuki dunia profesi yang mulia. Profesi yang menuntut dedikasi, integritas, dan komitmen tinggi terhadap kemanusiaan,” ucap Prof. Wisnu. Ia juga menegaskan bahwa sumpah yang diucapkan bukan sekadar rangkaian kata, melainkan janji suci yang akan menjadi panduan dalam setiap langkah pengabdian sebagai seorang dokter.
Prof. Wisnu mengungkapkan bahwa tahun 2024 lalu menjadi tahun penuh prestasi bagi FK UB. Program Studi Kedokteran berhasil mempertahankan akreditasi unggul di awal tahun, melengkapi capaian akreditasi internasional ASIIN pada tahun 2023.
“Prestasi-prestasi ini adalah hasil kerja keras seluruh sivitas akademika, yang juga ditandai dengan 432 publikasi internasional dan 33 kerja sama internasional,” tambahnya. Ia berharap para dokter baru dapat berbangga menjadi lulusan FK UB, serta dapat terus berinovasi dan berkontribusi di dunia kedokteran, dalam menghadapi tantangan dunia medis yang semakin kompleks dengan.
Dalam kesempatan ini, salah satu lulusan yang dikukuhkan, Evalina Izzatur Rochmah, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya etika dan profesionalisme dalam menjalankan profesi dokter.
“Sebagai dokter, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga integritas dalam setiap tindakan medis. Salah satu yang utama adalah menghormati hak pasien atas dirinya sendiri, atau yang dikenal dengan prinsip otonomi. Kami wajib memberikan informasi yang jelas dan lengkap agar pasien dapat membuat keputusan terbaik,” ujar Evalina.
Ia juga menyoroti pentingnya memastikan bahwa setiap tindakan medis yang dilakukan memberikan manfaat yang maksimal bagi pasien. “Kami harus mengambil keputusan berdasarkan manfaat yang paling besar, tetapi juga meminimalkan risiko atau kerugian yang mungkin diterima pasien,” tambahnya.
Evalina melanjutkan, dalam setiap situasi, seorang dokter harus mengutamakan prinsip untuk tidak memperburuk kondisi pasien. “Apa pun yang kita lakukan, harus dipastikan tidak menambah beban pasien. Semua tindakan medis harus direncanakan dengan sangat hati-hati,” jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya keadilan dalam pelayanan medis.
“Kami melihat setiap pasien berdasarkan kondisi medisnya, bukan berdasarkan status sosial, golongan, atau kedudukannya. Pelayanan yang kami berikan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” tegasnya.

Meskipun kelulusan ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan profesinya, Evalina mengingatkan bahwa menjadi seorang dokter berarti berkomitmen untuk belajar sepanjang hayat. “Profesi ini tidak berhenti di sini. Lingkungan terus berubah, teknologi terus berkembang, dan kebutuhan masyarakat juga semakin kompleks. Sebagai dokter, kita harus terus meningkatkan diri,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pembelajaran tidak hanya berasal dari buku atau pendidikan formal, tetapi juga dari interaksi dengan pasien dan dinamika sosial masyarakat. “Kita belajar dari pasien, dari lingkungan, dan dari masyarakat itu sendiri. Semua itu membantu kita meningkatkan kualitas pelayanan sekaligus memperbaiki diri sebagai seorang dokter,” ungkap Evalina dengan penuh semangat.
Pengukuhan 22 dokter baru ini menjadi kebanggaan tidak hanya bagi para lulusan, tetapi juga bagi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang terus berkomitmen mencetak tenaga medis berkualitas. Dengan semangat belajar dan pengabdian yang tinggi, para lulusan ini diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam menjawab tantangan dunia kesehatan di Indonesia sekaligus berkontribusi pada peningkatan pelayanan medis yang lebih baik bagi masyarakat. (din/fan)