KANAL24, Malang – Digitalisasi bukan hanya merambah pada sektor pendidikan dan ekonomi saja, melainkan juga di bidang pertanian. Seperti yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya. Kampus yang berada di Kota Malang itu mengembangkan sistem pertanian presisi berdasarkan Internet of Thing untuk budidaya tanaman Melon. Drip Irrigation System Berbasis IoT tersebut merupakan hasil inovasi dari Eka Maulana, ST., MT., M.Eng. – UB Tech bersama tim ATP UB yang saat ini sedang diterapkan pada kebun Melon di Agro Techno Park Jatikerto Kabupaten Malang.
Pada kegiatan Bincang dan Obrolan Santai (BONSAI) bersama pakar UB dan wartawan, Kamis (21/10/2021), Eka mengatakan tantangan dalam budidaya melon adalah bagaimana membuat buah melon seragam dari segi ukuran, tingkat kemanisan, dan juga waktu panen. Kemudian tantangan lain terkait kondisi cuaca atau iklim yang mana di Indonesia iklimnya adalah musim penghujan dan musim kemarau dengan tingkat penyerapan dan penguapan air yang berbeda. Selain itu, perbedaan variasi suhu dan dan kelembaban menjadi latar belakang Eka untuk menciptakan inovasi teknologi irigasi berbasis IoT.
“Teknologi drip Irrigation merupakan salah satu bentuk pertanian presisi yang menggunakan metode penyiraman bermodelkan sistem tetes atau drip yang dikendalikan berdasarkan kadar air dari media tanam. Secara logika ketika tanah kering maka sistem drip ini aktif. Berapa kadar air dalam media itu kapan sistem drip itu aktif itu data dan informasi terkait mekanisme dikirim melalui koneksi IoT. Secara prinsip yang sudah diterapkan air dengan tambahan nutrisi saja,” tuturnya.
Lebih lanjut, Eka menjelaskan sistem tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk Irigasi tapi bisa digunakan untuk deteksi lain termasuk kebutuhan nutrisi , pencahayaan, suhu, serta kelembaban greenhouse kebun Melon tersebut. Dalam prosesnya, sistem drip irrigation bekerja sesuai kebutuhan nutrisi masing-masing tanaman yang akan diairi. Jadi bukan sekedar dari seberapa banyak mengairi tanaman, tapi disesuaikan dengan usia tanaman. Pengendalian sistem ini termonitor dari segi waktu dan variabel data yang sudah terekam dengan baik.
Sementara itu, Manager Pertanian dan Pengembangan ATP Suyadi,SP.MP dalam acara yang sama mengatakan proses pemberian nutrisi melalui air yang dialirkan ke media pada tanaman secara berkala tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
“Dalam sehari bisa dilakukan sebanyak 5 sampai 10 kali. Sehingga dengan teknologi itu kita tidak perlu secara manual memberikan nutrisinya. Bisa ditinggal untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, karena secara otomatis akan menyalakan mesin drip dan mengaliri nutrisi ke media tanam sesuai dengan kebutuhan tanaman,” katanya.
Suyadi mengaku dengan IoT dapat mempermudah pekerjaan, karena secara otomatis mesin akan menyala ketika media tanam sudah membutuhkan nutrisi. Sehingga tidak sampai terjadi kekurangan nutrisi. Karena jika dilakukan secara manual, maka masih menggunakan insting kapan saja tanaman membutuhkan nutrisi.
Penerapan sistem drip tersebut memberikan hasil maksimal pada tanaman Melon. Suyadi menjelaskan, buah yang dihasilkan lebih bagus dan ideal, sebab ketersediaan nutrisinya stabil. Karena jika nutrisinya tidak stabil, maka perkembangan buah melon tidak optimal, buah bisa pecah atau tingkat kemanisannya akan rendah.
“Melon yang dibudidayakan dengan sistem drip irrigation memiliki kualitas premium mulai dari rasa, net atau kulit berjaring yang tersusun rapi, dan berat yang ideal dibandingkan melon yang konvensional. Pasarnya pun ekslusif, jadi memang rasa pasti berbeda dengan melon konvensional. Di Jatikerto sendiri ada beberapa jenis melon yang kami budidayakan, mulai dari yang jenis rock, golden, dan honey,” tandasnya. (Meg)