Kanal24 – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers Tindak Lanjut Hasil Rakor Kemenko Perekonomian terkait kebijakan Subsidi BBM di Jakarta (26/8/2022) mengatakan subsidi dan kompensasi energi bisa membengkak dari target APBN 2022 yang sebesar Rp502 triliun menjadi Rp698,0 triliun.
Menurutnya, subsidi dan kompensasi energi tahun ini bisa bertambah sebanyak Rp195,6 triliun.
Kesenjangan yang semakin lebar antara Harga Jual Eceran (HJE) dengan harga keekonomian untuk bahan bakar jenis solar, pertalite, pertamax dan Gas LPG 3 kilogram (kg) disebut-sebut sebagai penyebab membengkaknya subsidi dan kompensasi energi.
Sri Mulyani mengungkapkan, melebarnya selisih harga ini disebabkan oleh naiknya asumsi Indonesian Crude Price (ICP) yang mengikuti harga minyak di tingkat global menjadi 105 dolar AS per barel, dan naiknya asumsi nilai tukar rupiah menjadi Rp14.700 (tel:14700) per dolar AS.
Selanjutnya, HJE solar sebesar Rp5.150 per liter, sedangkan harga keekonomiannya mencapai Rp13.950 (tel:13950) per liter dan HJE pertalite sebesar Rp7.650 per liter, sedangkan harga keekonomiannya mencapai Rp14.450 (tel:14450) per liter.
Kemudian, HJE pertamax sebesar Rp12.500 (tel:12500) per liter, sedangkan harga keekonomiannya mencapai Rp17.300 (tel:17300) per liter dan HJE LPG 3 kg sebesar Rp4.250 per kg, sedangkan harga keekonomiannya mencapai Rp18.500 (tel:18500).
Selain itu, kata Sri Mulyani, membengkaknya subsidi dan kompensasi energi ini juga didorong oleh alokasi volume BBM bersubsidi jenis solar dan perlite yang diperkirakan akan melebihi target yang ditetapkan dalam APBN akhir tahun ini.
Dia menjelaskan realisasi konsumsi solar pada Januari-Juli tahun ini mencapai 9,88 juta kiloliter atau 65% dari kuota, dan realisasi konsumsi pertalite pada Januari-Juli mencapai 16,8 juta kiloliter atau 73% dari kuota.
Berdasarkan hal tersebut, Sri Mulyani memperkirakan konsumsi solar hingga akhir tahun akan mencapai 17,44 juta kilogram, atau 115% dari kuota yang ditetapkan dalam APBN 2022 sebesar 15,10 juta kilogram.
Konsumsi perlit selanjutnya akan mencapai 29,07 juta kiloliter atau 126% dari kuota yang ditetapkan dalam APBN sebesar 23,05 juta kiloliter.
Seperti diketahui, pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini sebesar Rp 502,4 triliun. Anggaran tersebut terbagi atas subsidi energi sebesar Rs 208,9 triliun, kompensasi energi sebesar Rs 234,6 triliun dan kompensasi energi tahun lalu sebesar Rs 108,4 triliun.