Kanal24 – Skema blended finance akan mampu mengatasi kesenjangan flnansial pada kebutuhan pembiayaan climate change atau perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Tri Hita Karana (THK) Blended Finance Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali (13/11/2022).
“Kita membutuhkan blended finance global yaitu pembiayaan yang tidak hanya dari pemerintah tetapi juga semua sektor swasta harus menjadi bagian dari masalah ini,” katanya.
Menurutnya, blended finance merupakan sistem pembiayaan yang optimal, di mana beberapa sumber keuangan atau keuangan digabungkan menjadi satu proyek, misalnya dari APBN, swasta, dan pemodal (donor).
Luhut menekankan bahwa dunia, termasuk Indonesia, masih menghadapi kesenjangan finansial yang lebar terkait dengan pendanaan iklim, meskipun negara-negara maju telah berkomitmen untuk memobilisasi 100 miliar dolar per tahun pada 2020.
Negara-negara maju telah berkomitmen untuk memobilisasi 100 miliar dolar setahun karena negara-negara tersebut telah banyak berkontribusi pada krisis perubahan iklim.
Luhut mengungkapkan bahwa penyumbang emisi karbon terbesar berasal dari mayoritas negara maju yaitu mencapai 14,7 ton per kapita yang melebihi ambang batas sebesar 4,5 ton per kapita.
Menurutnya, anggota G20 yang merupakan negara-negara penguasa 85 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia ternyata menyumbang hingga 80 persen emisi karbon global.
“Tapi oleh anggota G20 seperti Indonesia, kita hanya menyumbang 2,3 ton per kapita,” ujarnya.
Luhut mengatakan bahwa Indonesia sendiri sangat berkomitmen untuk menghadapi perubahan iklim sebagai tugas untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus negara.
Salah satu upaya Indonesia adalah mengakhiri penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara dan beralih ke energi terbarukan (EBT).
Upaya ini merupakan program prioritas nasional dan dilaksanakan melalui mekanisme keuangan yang berkelanjutan.
“Indonesia saat ini sedang menyelesaikan negosiasi kerja sama dengan kelompok mitra internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan Jepang untuk program kemitraan transisi energi,” jelasnya.