Kanal24- Bank Indonesia (BI) melakukan percepatan digitalisasi sistem pembayaran untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran dengan tetap menjaga momentum pemulihan ekonomi yang salah satunya menargetkan 45 juta pengguna QR Standard (QRIS) Indonesia pada tahun 2023.
“COVID-19 dan sekarang itu mengajarkan kita bahwa negara yang tahan, kuncinya ada tiga, yakni ketahanan energi, ketahanan pangan, dan ketahanan digital, dan Indonesia is one of the fast growing digital,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Starting Year Forum 2023.
BI terus memperluas implementasi QRIS melalui strategi 45 juta pengguna dan satu miliar volume transaksi pada tahun 2023, serta mengembangkan fungsi QRIS dan QRIS lintas negara.
Untuk itu, perluasan kerja sama ASEAN-5 dalam menghubungkan sistem pembayaran melalui QR, pembayaran instan, transaksi mata uang lokal juga menjadi fokus BI.
“QRIS dengan Thailand sudah nyambung, dengan Malaysia tahun ini jalan, uji coba dengan Singapura,” tuturnya.
Selain itu, Perry Warjiyo mengatakan digitalisasi sistem pembayaran juga ditingkatkan dengan perluasan BI-FAST, SNAP, integrasi infrastruktur pembayaran, dan reformasi regulasi.
Bank Indonesia mendorong implementasi BI-FAST dengan memperluas kepesertaan BI-FAST melalui bank dan Lembaga Selain Bank (LSB), service channel, dan penggelaran layanan Bank Indonesia tahap 1. Tahap 2 berupa bulk credit, direct debit, dan permintaan pembayaran.
“Kami akan coba konektivitas antara BI-FAST dengan GPN. Kami akan bicara dengan ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia). Dengan application programming itu bisa bisa terkoneksi dan mulai tahun ini kami akan membangun RTGS generasi ketiga sehingga ke depan wholesale retail itu menjadi connect (terhubung),” tuturnya.
BI memperkirakan pada tahun 2023, nilai transaksi kripto akan meningkat 23,90% year-on-year (year-on-year) mencapai Rp 495,2 triliun.
Selain itu, BI bekerja sama dengan pemerintah atau Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) untuk mengirimkan elektronifikasi dukungan sosial, transaksi keuangan pemda, dan transportasi.
BI juga sedang mengembangkan proyek Garuda Digital Rupiah yang meliputi desain konsep, infrastruktur, dan integrasi teknologi. Proyek Garuda merupakan proyek payung untuk berbagai inisiatif eksplorasi berbagai pilihan desain arsitektur Rupiah digital.
“Digitalisasi akan lebih kuat dan kita sedang membuat Digital Rupiah,” ujarnya.
Gagasan pengembangan Rupiah digital dilatarbelakangi oleh tiga motivasi utama, yaitu kebutuhan Bank Indonesia sebagai satu-satunya penerbit uang untuk memenuhi pesatnya perkembangan digital di sektor ekonomi dan keuangan.
Langkah ini diperlukan untuk menjaga kedaulatan Rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di era digital.
Bank Indonesia juga akan mengembangkan rupiah digital untuk memperkuat perannya di kancah internasional, karena Rupiah Digital akan menempatkan Indonesia dalam peta perkembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) global.
Pada tahun 2022, transaksi keuangan dan ekonomi digital akan berkembang pesat, didukung oleh meningkatnya penerimaan dan preferensi masyarakat untuk belanja online, keluasan dan kenyamanan sistem pembayaran digital serta kecepatan perbankan digital.
Nilai transaksi uang elektronik pada tahun 2022 akan mencapai Rp399,6 triliun atau meningkat 30,84% (YOY). Nilai transaksi perbankan digital pada tahun 2022 akan meningkat sebesar 28,72% (year-on-year) mencapai Rp52.545,8 triliun, dan diperkirakan tumbuh sebesar 22,13% (y-o-Year-Yearly). ) mencapai Rp64.175,1 triliun pada tahun 2023 .
Pada tahun 2023, Bank Indonesia akan terus mendorong inovasi sistem pembayaran dan memastikan ketersediaan rupiah berkualitas di seluruh Indonesia, antara lain melalui perluasan distribusi rupiah bersih yang beredar di daerah-daerah terluar, terdepan, dan terpencil (3T).