Kanal24 – Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan bahwa fokus pada hilirisasi dan pengeluaran untuk produk dalam negeri merupakan elemen penting bagi kemajuan industri, seperti terlihat dari tingkat pertumbuhan industri pada tahun 2022 sebesar 5,01 persen.
Menurut Menteri, ada tiga faktor yang membantu pertumbuhan industri, yaitu peningkatan hilirisasi, pertumbuhan industri otomotif sebesar dua digit, dan produk manufaktur Indonesia yang sudah terintegrasi dalam rantai nilai global.
“Kedua produk tersebut juga telah masuk dalam mata rantai global, sehingga dapat dikatakan program hilirisasi yang kita galakkan telah mencapai sasaran. Kami berharap pertumbuhan double digit ini bisa terus berlanjut di tahun 2023,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, (7/2/2023).
Menurut Menteri Perindustrian, keberhasilan hilirisasi terlihat dari tingkat pertumbuhan industri logam dasar sebesar 14,8 persen atau dua digit. Sementara pertumbuhan industri otomotif mencapai 10,67 persen.
Selain itu konsumsi dalam negeri juga berperan dalam menopang pertumbuhan ekonomi.
Menurut Badan Pusat Statistik, daya beli masyarakat terus stabil, hal ini dibuktikan dengan peningkatan penjualan mobil penumpang sebesar 18,76 persen (customer-to-customer), kenaikan penjualan sepeda motor sebesar 3,24 persen (customer-to-customer), dan tumbuhnya penerimaan PPh pasal 21 sebesar 18,36 persen (customer-to-customer).
“Meningkatnya permintaan dari dalam negeri berpengaruh pada aktivitas produksi, sehingga semakin ekspansif,” jelas Menperin.
Ini dapat dilihat dari indikator seperti Indeks Kepercayaan Industri (IKI), Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia, dan Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia.
Kementerian Perindustrian baru saja merilis hasil IKI pada bulan Januari 2023, yang berada di level 51,54, yang lebih tinggi dibandingkan IKI Desember 2022 di level 50,9.
S&P Global melaporkan bahwa PMI manufaktur Indonesia pada bulan Januari 2023 sebesar 51,3, yang lebih tinggi dibandingkan Desember 2022 di angka 50,9.
Bank Indonesia (BI) juga mengumumkan Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia, yang mencapai 50,06 persen pada Triwulan IV tahun 2022. Semua indeks menunjukkan bahwa sektor industri tetap berkembang.
Oleh karena itu, pada tahun 2023, Kementerian Perindustrian akan terus memacu implementasi Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
“Dapat dilihat bahwa komitmen Bapak Presiden untuk program ini sangat besar. Terdapat ratusan triliun dari APBN yang dialokasikan untuk pembelian produk-produk industri dalam negeri. Hal ini juga terbukti pada industri elektronika yang mengalami peningkatan,” ujar Agus.
Berdasarkan data BPS, industri barang logam, komputer, elektronik, optik, dan peralatan listrik mengalami pertumbuhan sebesar 7,62 persen, didukung oleh permintaan yang tinggi pada akhir tahun 2022.
Sementara itu, nilai ekspor industri pengolahan non-migas pada tahun 2022 mencapai 206,35 miliar dolar AS, naik 16,45 persen dibandingkan tahun 2021 (177,2 miliar dolar AS) dan diharapkan akan terus meningkat menjadi 225-245 miliar dolar AS pada 2023.
“Kinerja ekspor kita di tahun 2022 juga sangat luar biasa, bila dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena hilirisasi, peningkatan ini juga dipacu oleh pengalihan-pengalihan produksi dari beberapa negara, yang tadinya mengandalkan suplai dari Rusia atau Ukraina, kemudian mendapatkan pasokan dari Indonesia,” papar Menperin.
Walau demikian, Menteri Perindustrian mengingatkan pentingnya waspada terhadap situasi ekonomi global karena masih ada konflik yang berlangsung yang dapat mempengaruhi rantai pasok dan menimbulkan gangguan.
“Kami di Kemenperin berupaya memberikan kemudahan kepada para pelaku industri melalui berbagai insentif untuk mengurangi dampak yang dirasakan akibat gejolak ekonomi global,” ujar Agus.
Sektor industri memperlihatkan prestasi yang sangat baik pada tahun 2022, mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,01 persen dan menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar, dengan kontribusi sebesar 1,01 persen.