Kanal24, Malang – Alumni Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Huwaida Ismah kini aktif sebagai content creator. Huwaida Ismah yang akrab disapa Wi, membagikan pengalaman seputar kehidupannya di Malang sebagai content creator. Ia mengungkapkan bahwa ia biasanya membuat konten hal-hal seru yang ada di Malang, seperti menjelajahi kuliner-kuliner baru, hingga berbagi rekomendasi tempat-tempat yang wajib dicoba, terutama bagi pendatang di Malang.
Salah satu topik menarik adalah kuliner khas Malang, khususnya bakso. Wi memberikan rekomendasi bakso yang tidak hanya enak di gerobak biasa, tetapi hampir semua bakso di Malang dinilai lezat oleh warga lokal maupun pendatang. Bakso Malang memang memiliki daya tariknya sendiri.
“Kalau kuliner sebenarnya lebih ke selera ya karena kan biasanya tiap orang punya selera yang beda-beda. Ada yang suka pedes, ada yang nggak suka pedes. Nah, kalau di Malang sendiri kebanyakan tuh orangnya suka pedes. Misal sekarang tuh yang lagi rame kayak per-mie-an gitu ya,” kata Wi.
Selain kuliner khas Malang, Wi mengaku juga review kuliner dari kota-kota lain yang ia kunjungi seperti Surabaya hingga Jakarta. Saat ia bepergian, ia memilih tetap membuat konten hingga akhirnya terjadi kerja sama dengan beberapa pihak baik di Malang maupun di luar Malang.
Wi juga membahas keseruan dalam dunia kontennya. Awalnya, ia lebih fokus pada unboxing produk dan review kafe. Tetapi, seiring waktu, Wi mulai mengeksplorasi berbagai konten, termasuk konten K-pop. Ia berbagi pengalaman ketika menghadiri konser-konser K-pop dan menciptakan konten yang dapat memberikan informasi dan inspirasi kepada pengikutnya.
Namun, dibalik kesuksesannya sebagai content creator. Ia juga pernah mendapatkan beberapa kerja sama yang merugikan. Ia pernah tidak dibayar oleh pihak yang bekerjasama dengannya. Bahkan, ada beberapa brand yang menuntut ia untuk berbohong. Melihat kerja sama merugikan tersebut, Wi memutuskan untuk menolak kerja sama tersebut.
“Biasanya sih kayak brand skin before-after. Tapi, before-after itu editan. Nah, ini nanti kan nggak berkah juga. Ini brandnya bahaya juga kalau kita kontenin tapi ternyata membuat buruk orang lain, jadi aku tolak,” terang Wi.
Selain itu, Wi menceritakan bagaimana awal mulanya ia terjun sebagai content creator. Ia mengaku tidak memiliki basic di bidang tersebut. Namun, ia sempat bekerja di media radio selama dua tahun yang merupakan pekerjaan di bidang industri kreatif dengan basisnya di bidang suara. Selain itu, ia sempat pindah ke brand lokal sebagai brand officer untuk membangun image dari suatu brand. Berbekal pengalaman tersebut, Wi terjun sebagai content creator.
Wi juga memberikan wawasan terkait algoritma di platform seperti TikTok. Ia berbagi tips tentang bagaimana membuat konten yang menarik dan berinteraksi dengan audiens. Meskipun tren lagu-lagu di TikTok dapat mempengaruhi kontennya, Wi menekankan pentingnya kreativitas dalam membuat konten yang unik.
Dalam do and don’ts menjadi content creator, Wi menyarankan untuk tetap konsisten dengan minat dan passion. Ia juga mengingatkan pentingnya memperhatikan hak cipta, terutama ketika menggunakan lagu-lagu populer dalam konten. Meskipun Wi sering mengikuti tren, ia menekankan bahwa tidak semua tren harus diikuti, dan kreativitas personal juga memiliki nilai yang tinggi.
Pengalaman Wi sebagai content creator diharapkan memberikan wawasan yang menarik bagi generasi muda yang ingin mulai terjun di dunia konten kreatif dan kehidupan di Malang. Jika ingin mengenal Wi lebih jauh, bisa melihatnya di platform instagram @widaismah. (nid)