Kanal24, Malang – Alumni BSI Maslahat Sociopreneur Universitas Brawijaya (UB) dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Isbakhul Lailatul Fibriyah, menerima permodalan 200 Juta untuk mengembangkan Rumah Produksi “Poty” (Product Healthy) sebagai bisnis Sociopreneur BSI Maslahat di UB.
Manajer Program Pendidikan Bank Syariah Indonesia (BSI) Maslahat, Aprilia Evianti, atau yang akrab dipanggil Lia, turut hadir dan memberikan apresiasi atas peresmian Rumah Produksi Poty. Ia menyampaikan bahwa peran penting program ini dalam membentuk para mahasiswa menjadi sociopreneur, yang tidak hanya fokus pada pengembangan bisnis pribadi, tetapi juga pada memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi masyarakat sekitar.
“Kami khusus menyasar kepada para mahasiswa yang memiliki minat dan rintisan bisnis karena kita tahu juga dari program pemerintah juga memiliki program yang sama yaitu bagaimana sarjana itu tidak hanya menjadi job seeker tapi juga job creator. Banyak lulusan perguruan tinggi yang membutuhkan lapangan kerja tapi berapa daya serapnya kita harus menciptakan lapangan-lapangan kerja salah satunya adalah menyiapkan mahasiswa ini untuk menjadi entrepreneur,” terang Lia.
Baca juga : Alumni FTP UB Resmikan Rumah Produksi “Poty”
Awalnya dikenal sebagai Islamic Sociopreneur Developer Program (ISDP), program ini mengalami transformasi menjadi BSI Maslahat dengan fokus utama pada penyaluran dana zakat dan infak melalui program BSI Maslahat Sociopreneur. Program ini membidik mahasiswa dengan minat dan rintisan bisnis, berupaya menciptakan lapangan kerja, dan mengajarkan nilai keislaman dan pemberdayaan.
Dalam upaya memberdayakan mahasiswa, program ini telah berhasil membina 134 peserta dengan berbagai bisnis yang berkembang, salah satunya adalah “Poty” milik Isbakhul Lailatul Fibriyah, Mahasiswi UB. “Poty” telah menjalani program pembinaan selama satu tahun, dan pada akhir semester, melalui seleksi ketat, diberikan permodalan sebagai dukungan untuk pengembangan bisnis.
Pendampingan tidak hanya berhenti pada aspek pendidikan, melainkan juga mencakup permodalan. Pada tahun 2023, angkatan ketiga dan keempat menerima dukungan hingga 200 juta, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan bisnis masing-masing.
Salah satu kesuksesan dari program ini adalah potensi untuk “scaling up” bisnis, seperti yang dialami oleh “Poty”. Lailatul dan timnya mendapatkan dana sebesar 200 juta, tetapi bukan dalam bentuk tunai. Mereka diminta untuk menyusun proposal, melakukan presentasi di depan komite, dan setelah revisi yang sesuai, mendapatkan modal untuk pengembangan bisnis.
Keberhasilan para peserta program juga diukur dari tanggung jawab sosial mereka. Meskipun dana yang diterima bersifat hibah, para peserta diajak untuk berkontribusi dengan berbagi rezeki melalui dana zakat atau infak melalui BSI Maslahat, menciptakan lingkaran kebaikan yang berkelanjutan.
Dalam acara peresmian tersebut, tiga mahasiswa Universitas Brawijaya menerima permodalan, termasuk Lailatul dan Tim yang mengembangkan bisnis “Poty”.
Program ini bukan hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga mendidik mahasiswa menjadi entrepreneur yang bertanggung jawab dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. (nid/skn)