Kanal24, Malang – Pakar Komunikasi Lingkungan dari Pusat Studi Komunikasi Lingkungan, Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjajajaran (UNPAD), Dr. Herlina Agustin memberikan beberapa catatan penting terkait dengan narasi yang disampaikan para calon wakil presiden (cawapres) terkait dengan isu-isu lingkungan pada debat cawapres yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu malam (21/1/2024).
Herlina mengungkapkan bahwa narasi yang masing-masing cawapres berikan terkait dengan isu-isu lingkungan masih sangat general, abstrak, dan dengan data-data yang masih keliru.
“Misalnya, petani gurem menurut Cak Imin (Muhaimin Iskandar) bertambah 3 juta, sebenarnya bertambah naik sebesar 18,54% atau sekitar 16,89 juta petani gurem dan kalau kita lihat angka ini naik terus. Kemudian krisis iklim, kalau dibilang tidak ada keadilan iklim, keadilan agraria, dan keadilan sosial maka bikinlah narasi yang lebih real, lebih kontekstual bukan hanya sindiran untuk paslon lain.” terangngnya pada acara “Live YouTube 3 Televisi Kampus: Debat Cawapres” oleh UBTV, Divia Unpad TV, dan USMTV Minggu malam (21/1/2024).
Baca Juga : Pakar Teknologi Pangan USM Sebut Muatan Cawapres Dibidang Pangan Masih Kering
Herlina juga mengungkapkan bahwa ketiga cawapres belum menyampaikan narasi yang menyeluruh baik tentang reformasi agraria, perubahan iklim, dan penanggulangan sampah.
“Terkait reformasi agraria juga sempat disinggung, tapi tidak dalam, lalu ketiga paslon ini juga sudah memberikan konsep-konsep tentang iklim yah di berbagai media sosialnya, lah ini nggak keluar tuh. Seperti isu sampah nggak ada.” ujarnya.
Herlina mengungkapkan bahwa konsep yang ditawarkan Gibran Rakabuming Raka seperti hilirisasi tidak berbeda jauh dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam (SDA) dan istilah-istilah digital yang sering digunakan oleh cawapres nomor urut 2 itu hanya sebagai upaya untuk menggaet pemilih muda.
“Gibran masih dengan konsep eksploitasi, walaupun istilahnya nggak eksploitasi dia nyebutnya hilirisasi, Nah, kita juga lihat kalau dia nggak pernah ngomongin limbahnya mau diurus seperti apa gitu ya. Kita lihat lagi misalnya kerjasama pentahelix gitu, kemudian ada smart farming yang kemudian dia anggap menjadi salah satu hal yang menarik para pemilih muda kelihatannya.” katanya.
Baca juga : Pengamat Politik UB Sebut Gimmick Debat Cawapres Pengaruhi Swing dan Undecided Voter
Herlina juga menyayangkan bahwa belum ada penjelasan dari cawapres nomor urut 3, Mahfud MD tentang hambatan yang menyebabkan belum disahkannya RUU Masyarakat Hukum Adat yang menurutnya dapat membantu dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Jadi sebagai komunikator harusnya, Pak Mahfud sudah menjelaskan aturan apa saja ini yang bisa menjadi hambatan untuk pelaksanaan pelestarian lingkungan. Dalam konteks 16 Juni 2011 Pak Mahfud bilang dia punya 4P yang didalamnya terdapat penghormatan terhadap lingkungan Masyarakat adat, sayang sekali nggak dibahas juga RUU masyakarat adat disini yah.” terangnya.
Herlina juga mengkritisi tentang istilah green inflation dan yellow vests protests pada segmen tanya jawab antar cawapres. Menurutnya, kedua istilah tersebut adalah dua hal yang berbeda.
“Ketika bicara terkait dengan green inflation, ini kan berbicara tentang transisi energi sebenarnya ini. tetapi apa yang disampaikan oleh Pak Mahfud adalah tentang yellow vests protests yang sebenarnya dua hal berbeda. Saya juga tidak tahu kenapa Gibran ingin menunjukkan bahwa dia tahu mengenai masalah green inflation dan yellow vests protests ini karena agak berbeda yah kasusnya.” katanya.
Herlina menegaskan bahwa masing-masing cawapres lebih banyak membicarakan tentang pemanfaatan tetapi tidak bicara tentang konservasi. Padahal menurutnya, konservasi merupakan upaya yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup.
“Kalau bicara pembangunan berkelanjutan, mau nggak mau kita harus bicara mengenai konservasi. Kalau semua dieksploitasi tanpa memikirkan hasil akhir, yang diperhatikan hanya keuntungan sesaat saja, ekonomi sesaat saja, tidak berpikir panjang maka kerusakan yang akan terjadi jauh lebih cepat.” terangnya.
Selain itu, Herlina juga menegaskan bahwa limbah industri harus diperhatikan pengelolaannya.
“Istilah hilirisasi ini sebetulnya eksploitasi juga ya. Iya ini, masalahnya adalah limbahnya juga tidak pernah dibahas. Limbah industrialisasi ini juga jarang banget dibahas. Padahal itu juga satu hal yang sangat penting.” tegasnya.(sat/din)