Kanal24 – Pakar Teknologi Pangan Universitas Semarang (USM), Dr. Ir. Rohadi, MP memberikan beberapa catatan penting terkait dengan muatan masing-masing calon wakil presiden (cawapres) dibidang pangan yang disampaikan pada debat cawapres yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu malam (21/1/2024).
Ia cukup mengapresiasi konsep yang disampaikan oleh cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka tentang smart farming, hilirisasi, mekanisasi yang ia rasa cukup konkret dibandingkan dengan cawapres lain.
“Ini kejutan-kejutan diluar perkiraan kami, barangkali karena capresnya Pak Prabowo yang dulu sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) informasi dari sana lengkap jadi, smart farming, kemudian ada hilirisasi di sektor pertanian, kemudian juga ada mekanisasi ini seakan-akan untuk menghadang ketika diserang tentang food estate. Ini loh jawabannya.” ungkapnya pada acara “Live YouTube 3 Televisi Kampus: Debat Cawapres” oleh UBTV, Divia Unpad TV, dan USMTV Minggu malam (21/1/2024).
Baca juga : Pengamat Politik UB Sebut Gimmick Debat Cawapres Pengaruhi Swing dan Undecided Voter
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa memang saat ini mengintegrasikan teknologi dirasa penting untuk menjawab permasalahan di bidang pangan.
“Teknologi itu bisa dimanfaatkan untuk monitoring variabel-variabel di sektor pertanian, perikanan, monitoring pH, salinitas garam. Apapun variabel-variabel yang terkait dengan produksi pertanian, industri di sektor pertanian, itu bisa dimonitoring dengan IT. Bahkan, mungkin kedepan berkembang lagi sejalan dengan era internet of everything.” terangnya.
Meskipun Isu-isu tentang pupuk dan bibit ia rasa sudah menjadi topik klasik, tetapi Rohadi cukup tertarik dengan respon cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, yang mengaitkan tantangan perubahan iklim dengan regulasi tentang konversi lahan dan garansi gagal panen kepada para petani.
“Kalau Prof. Mahfud karena dia di pakar hukum dia lebih ke aspek penegakan hukum. Tapi sesungguhnya tadi ada jawaban dari Cak Imin (Muhaimin Iskandar) yang bagus, regulasi di sektor pertanian terkait dengan konversi lahan, UU tentang asuransi, UU tentang kewajiban pemerintah untuk memberikan garansi atas gagal panen itu sesungguhnya sudah ada.” katanya.
Menurutnya, bagi pemerintah daerah untuk mengimplementasi dan menegakkan regulasi itu yang sekarang berat dan krusial.
“Sedikit tentang UU No. 41 Tahun 2009 ya, dalamnya ada beberapa klausul yang menyebutkan manakala suatu lahan yang sudah di daftarkan sebagai lahan perlindungan, dilindungi tapi kemudian dia dikonversi menjadi tidak dilindungi maka ancamannya pidana. Begitupun sebaliknya. Pemda-Pemda kelihatannya agak berat untuk menerapkan yang namanya perlindungan lahan pangan pertanian abadi. Sangat sedikit Pemerintah Kab/ Kota yang berani menegakkan Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah” terangnya.
Rohadi menyayangkan bahwa masing-masing cawapres belum mampu untuk menggambarkan langkah strategis untuk menjawab isu-isu faktual kedepan soal pangan.
“Seperti stunting, Pola Pangan Harapan (PPH) kita yang masih jauh dari harapan dan masih terkonsentrasi dari biji-bijian, makin banyak obesitas, impor masih terus menerus dilakukan, kemudian cadangan pangan itu kok ngga ada disinggung. Padahal ketergantungan kita pada aspek misalanya terigu, itu sekarang luar biasa.” ujarnya.
Rohadi menyebut bahwa selama debat berlangsung, banyak isu-isu tentang pangan yang masih belum terjawab dengan baik oleh masing-masing cawapres pada debat kali ini.
“Menurut saya, muatan masing-masing cawapres dibidang pangan ini masih kering. Sehingga saya dibidang pangan kurang puas dengan isu-isu yang diangkat di sektor pangan dari ketiga cawapres itu.” tegasnya. (sat/din)
Comments 2