Kanal24, Malang – Pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), Abdul Ghofar, SE., MSi, MAcc., DBA., Ak., CA., menyoroti kondisi terkini pelemahan rupiah yang terus berlangsung dalam beberapa waktu terakhir. Ghofar menekankan perlunya upaya intervensi segera dari pemerintah untuk mengatasi dampaknya.
“Awalnya, pelemahan rupiah tidak semata-mata karena faktor geopolitik seperti konflik Israel-Iran, melainkan juga dipengaruhi oleh penguatan mata uang dolar Amerika yang terjadi karena stabilnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Amerika,” ungkap Ghofar kepada Kanal24 (19/4/2024).
“Namun, dengan semakin memanasnya geopolitik global, kemungkinan investor asing menahan investasinya di Indonesia semakin besar. Potensi kenaikan harga minyak juga menjadi faktor peningkatan permintaan terhadap dolar AS sebagai mata uang safe haven, yang berpotensi memperburuk pelemahan rupiah,” tambahnya.
Dekan FEB UB ini menggarisbawahi bahwa pemerintah memiliki opsi untuk melakukan intervensi, seperti kenaikan suku bunga. Namun, kebijakan ini juga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi karena dapat menghambat kredit.
Meskipun pemerintah optimis terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%, Ghofar menyarankan agar mengantisipasi penurunan pertumbuhan ekonomi jika situasi geoekonomi terus memburuk.
“Sementara ini, kita berharap situasi geoekonomi bersifat sementara. Namun, jika pelemahan rupiah terus berlanjut, intervensi dari Bank Indonesia menjadi penting, baik melalui pembelian rupiah di pasar maupun kenaikan suku bunga,” tegasnya.
Ghofar menekankan bahwa tindakan pemerintah dalam mengatasi pelemahan rupiah akan berdampak signifikan pada stabilitas ekonomi. Tanpa tindakan yang tepat, potensi terjadinya krisis ekonomi tidak dapat diabaikan. (din)