KANAL24, Malang – Seni tekstil ecoprint saat ini sedang naik daun karena memiliki desain unik dan selaras dengan pertanian berkelanjutan. Hal ini menarik perhatian Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya di Desa Kromengan untuk mengenalkan ecoprint kepada warga desa setempat. Selain menghadirkan keunikan pada setiap totebag juga memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian lingkungan.
“Ecoprint ini memiliki nilai ekonomi yang berkembang dan selaras dengan pertanian berkelanjutan. Bahannya pun dari tumbuhan di sekitar desa,” kata Lela Nuraeni Koordinator KKN Desa Kromengan, Minggu (28/7/2024).
Baca Juga : Tanam Pohon Menjadi Media Edukasi Lingkungan Tim KKN FP UB 2024
Peluang inilah yang kemudian diolah oleh tim mahasiswa KKN FP UB untuk membuat program kerja pelatihan ecoprint.
“Pelaksanaan program kerja berupa pembuatan ecoprint sangat baik dalam mengembangkan kreativitas dan keterampiran bagi anak-anak yang ada di Desa Kromengan” ujar Lela Nuraeni.
Baca Juga : Kejar Mandiri Pakan, Kelompok 16 MMD UB Share Teknik Pembuatan Silase dan Pakan Ternak Lengkap
Untuk itu pihaknya memberikan pelatihan kepada anak-anak didesa tersebut sebagai upaya pengenalan dan melatih kreativitas sejak dini.
Ecoprint merupakan teknik mencetak dan mewarnai kain atau suatu bahan menggunakan bagian tumbuhan yang akan menghasilkan motif dan warna alami yang unik dan autentik. Kegiatan pembuatan ecoprint dapat menjadi berbagai jenis karya yang bermanfaat menjadikan tanaman liar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, tidak mencemari lingkungan, dan dapat mengembangkan kreativitas serta keterampilan.
Kepada para siswa SD Negeri 3 Kromengan mahasiswa mempraktekkan beberapa teknik, yaitu teknik pukul (pounding), teknik merebus (boiling), dan teknik mengkukus (steaming).
Pembuatan ecoprint pada totebag yang dilakukan di SD Negeri 3 Kromengan menggunakan teknik pukul (pounding). Proses ecoprint dimulai dengan pengumpulan tanaman liar dari area sekitar desa berupa dedaunan. Siswa/i mempersiapkan kain totebag yang dilapisi plastik pada bagian dalam tas dilanjutkan dengan menyusun daun di atas permukaan kain lalu ditutup plastik pada bagian atas daun.
Teknik pukul (pounding) dilakukan dengan cara memukul daun, kemudian daun akan mentransfer pigmen dan membentuk motif pada totebag. Setiap totebag dihasilkan dengan pola yang berbeda-beda, mencerminkan keragaman bentuk tanaman yang ada di Desa Kromengan.
“Kami memberikan beberapa teknik dengan contoh tanaman yang ada di desa sehingga menghasilkan motif yang unik dan beda,” imbuh Lela.
Pemanfaatan tanaman liar sebagai ecoprint diharapkan dapat menjadi solusi produk yang bernilai ekonomi tinggi, berdampak positif menuju masa depan yang lebih hijau, dan berkelanjutan.(sdk)