Di saat silaturrahim lebaran ke guru murabbi ruhiyy yang mulia, KH. Ihya Ulumiddin, beliau menyampaikan sebuah pesan bahwa kunci dari segala kesuksesan itu adalah istiqomah.
Istiqomah itu ibarat ikrar komitmen untuk menjejakkan suatu amal agar berbuah karomah. Karomah adalah keistimewaan dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba yang dicintai-Nya karena riyadhah yang dilakukan secara ikhlas dan kontinyu, konsisten terus menerus tanpa putus.
Lihatlah berbagai teladan keistiqomahan dari sahabat bilal bin rabah, karena istiqomah menjalankan shalat sunnah setelah wudhu menjadikan dirinya mulainya, yaitu suatu hari Rasulullah mendengar bunyi terompahnya di surga sebab laku istiqomah yang dijalankannya. Begitu pula sahabat Abdullah ibnu ummi maktum yang diampuni dosanya karena istiqomah menjalankan shalat lima waktu (terlebih subuh) secara berjamaah di masjid sekalipun dirinya buta.
Seorang sahabat yang lain, seorang imam di masjid Quba di zaman Nabi SAW., selalu membaca surah al Ikhlas saja. Ketika dilaporkan kepada Nabi SAW dan beliau lalu menanya alasannya. “Karena saya menyenangi surah itu,“ujarnya. Nabi SAW bersabda “Kecintaanmu pada surah itu menyebabkan kamu masuk surga “.
Demikian pula ada salah seorang di Riyadh Saudi Arabia berusia 16-17 tahun meninggal dalam keadaan husnul khatimah dengan mengucapkab 2 kalimat syahadat berulangkali disebabkab dirinya istiqomah menjalankan shalat subuh berjamaah di masjid.
Di daerah Trengganu, Malaysia, ada seseorang melihat segumpal cahaya terang menuju ke langit pada salah satu kuburan. Setelah diselidiki ternyata sang istri masih hidup dan bercerita bahwa kuburan itu adalah kuburan suaminya yang buta, tidak bisa baca Al Quran. Hanya kebiasaannya sang suami istiqomah sebelum tidur, ia mengambil mushab, dipegang, dipeluk dan dicium-ciumnya. Lalu ia berkata “Ya Allah jangan dihukum aku karena tidak bisa membaca kitab-Mu, karena aku buta”.
Demikian pula terdapat seorang kakek di jogja dikenal dengan nama mbah Asrori, diberikan kesehatan yang luar biasa oleh Allah swt berupa badan yang sehat, mampu berjalan dengan tegak, dan baik penglihatan dan pendengarannya bahkan masih bisa menyantap sate gule kambing kesukaannya tanpa ada pantangan apapun sekalipun usianya telah mencapai 97 tahun, sebab beliaunya istiqomah bersedekah dengan berkeliling memberikan nasi bungkus setiap jumat (selama lebih dari 30 tahun) yang diambilkan dari uangnya mengajar ngaji.
Menjalani amalan yang kontinyu secara konsisten bukanlah perkara mudah melainkan butuh kesabaran ekstra karena pasti menghadapi berbagai rintangan yang menghadang. Seringkali penghalang utamanya adalah sikap malas yang datang dengan tiba-tiba sebab syetan tentu tidak akan rela jika melihat seseorang melakukan amal kebaikan secara kontinyu.
Sebagaimana kisah Abdullah bin Ummi Maktum yang buta namun istiqomah dengan shalat berjamaah di masjid, pada suatu ketika terjatuh tersungkur wajahnya ke tanah saat akan menuju ke masjid mengerjakan shalat subuh berjamaah. Namun semenjak setelah hari itu, selalu ada seseorang yang mengantarkannya ke masjid. Suatu hari ditanyalah oleh Abdullah, siapa identitas dirinya namun bergeming. Hingga diancamnya orang tadi bahwa Abdullah tidak mau dibantu orang itu selamanya. Kemudian, barulah orang tersebut membuka rahasianya bahwa dirinya adalah iblis, yang tidak mau jika Abdullah terjatuh lagi, sebab dia mendengar percakapan malaikat saat dulu Abdullah terjatuh bahwa Allah SWT mengapuni separuh dari dosanya. Demikianlah iblis tidak rela akan amal kebaikan yang diistiqomahi oleh seseorang.
Namun barang siapa yang mampu melalui jalan istiqomah sekalipun kecil, sedikit atau sepele, maka Allah swt akan memberikan balasan yang sangat istimewa pula. Sebagaimana dalam Firman-Nya :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
Keistiqomahan atas amal kebaikan sekalipun sepele itu akan menjadi jalan cinta Allah SWT.
انَ أَحَبُّ العَمَلِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَدُومُ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
“Amalan yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus-menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari no. 6462 dan Muslim no. 741)
Istiqomah adalah perkara yang berat sebab di dalamnya dibutuhkan kesabaran, kesungguhan, konsistensi dan komitmen untun berpegang teguh menjalankan kewajiban serta meninggalkan segala yang dapat merusak komitmen itu. Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman, “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat besertamu.” (QS. Huud: 112).
Ayat inilah yang membuat uban tumbuh lebih cepat di kepala Rasulullah. karena begitu beratnya perintah yang terkandung di dalamnya, yaitu istiqamah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya.
Demikianlah memang bahwa amal istiqomah adalah amalan yang sangat berat karena memiliki pahala yang sangat besar pula serta menempatkan pelakunya dalam derajat yang istimewa dan mulia. Akhirnya ingatlah bahwa “Istiqomah itu memang berat, kalau ringan itu istirahat”.
Semoga Allah swt memberikan kekuatan kepada diri kita untuk menapaki jalan keistiqomahan dalam menjalani kebaikan. Semoga Allah memberikan keridhoan-Nya pada diri sebab keistiqomahan sikap kita atas sebuah kebaikan. Aamiiiin..
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen FISIP UB dan motivator