KANAL24, Malang – Desa Jenggolo, Kabupeten Malang terus berupaya mengembangkan potensi wisatanya melalui pendekatan ekonomi kreatif. Dalam upaya ini, tim Pengabdian Kepada Masyarakat Departemen Ilmu Ekonomi, FEB dengan Ketua Tim Dosen, Prof. Devanto Shasta Pratomo, Ph.D. dan Dosen Anggota, Muhammad Irfan Islami, M.S.E., turun membantu Desa Jenggolo. Tidak hanya pakar, tim pengmas ini juga dibantu oleh mahasiswa angkatan 2022: Farida Zulvany Wailisahalong, Nafidza Shadrina Diva Aulia, Hillin Qurrotuayun, Miqdad HuwaidI, Nur Fadlilah Istiqoma dan Wisnu Adi Pradana dari tendik.
Muhammad Irfan Islami menyampaikan pentingnya menggali dan memanfaatkan potensi desa secara optimal. Beliau menekankan bahwa desa wisata harus memiliki daya tarik yang unik dan menarik agar dapat bertahan lama.
“Satu hal yang penting sebagai langkah awal adalah kemampuan menggali dan mengenali potensi desa. Tentunya potensi yan gunik dan menarik agar desa wisata dapat berkelanjutan,” kata Irfan.
Menurut Irfan potensi desa dapat dibagi menjadi dua kategori: fisik dan non-fisik. Potensi fisik mencakup sumber daya alam seperti tanah, air, perikanan, peternakan, dan manusia. Sementara itu, potensi non-fisik meliputi aspek sosial, budaya, lembaga sosial, dan kreativitas masyarakat. Beliau juga menegaskan bahwa wisata yang terlalu buatan dan tidak terkait erat dengan masyarakat sekitar cenderung tidak akan bertahan lama.
Salah satu potensi utama Desa Jenggolo adalah Sumber Songo, yang memiliki situs religi yang menarik. Selain itu, penting untuk memperhatikan pengelolaan berbasis kemitraan yang saling menguntungkan. Studi kasus pengelolaan wisata Sumber Maron yang disampaikan oleh perwakilan mahasiswa menjadi contoh nyata bagaimana pengelolaan wisata yang baik dapat meningkatkan daya tarik dan keberlanjutan wisata desa.
Dalam sesi Focus Group Discussion (FGD), berbagai permasalahan dan tantangan dalam pengelolaan pariwisata di Desa Jenggolo diidentifikasi. Salah satu permasalahan utama adalah dampak pandemi COVID-19 yang mengakibatkan penurunan jumlah pengunjung dan berhentinya kegiatan wisata di Sumber Songo. Masyarakat desa berharap agar Sumber Songo dapat kembali dikelola dengan baik dan berjalan seperti sebelumnya.
Irfan menekankan pentingnya peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam pengelolaan wisata desa. BUMDes perlu menyelaraskan kerjasama dengan paguyuban setempat untuk memastikan dana yang dialokasikan digunakan secara bijak. Beliau juga menyarankan mahasiswa untuk membantu dalam pembuatan model bisnis dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama dalam hal pembuatan laporan keuangan.
“ Kami mendorong pengurus Bumdesa kompak bekerjasama dengan berbagai pihak dalam menata potensi wisata,” imbuh Irfan.
Selain itu, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Desa Jenggolo juga terdampak oleh pandemi. Beberapa usaha yang sebelumnya lancar menjadi terhenti. Salah satu daya tarik Sumber Songo adalah kesenian lokal seperti pembuatan patung. Perangkat desa berharap dapat menerima bantuan dalam hal pemasaran dan alat produksi agar perekonomian masyarakat desa dapat terus maju.
Dengan berbagai potensi dan tantangan yang ada, Desa Jenggolo memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi desa wisata berbasis ekonomi kreatif yang sukses. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa, dan pihak-pihak terkait diharapkan dapat mewujudkan visi tersebut, sehingga Desa Jenggolo dapat menjadi destinasi wisata yang menarik dan berkelanjutan. (sdk)