Kanal24, Lamongan – Pengolahan limbah cair dalam industri perikanan memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan meningkatkan produktivitas yang ramah lingkungan. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, terutama perairan, dan mengganggu keseimbangan alam.
Oleh karena itu, edukasi tentang cara mengolah limbah cair menjadi produk yang bermanfaat, seperti pelet ikan dan pupuk organik cair (POC), menjadi sangat penting bagi para pelaku usaha perikanan. Program pelatihan dan penyuluhan yang melibatkan akademisi dan mahasiswa dapat menjadi solusi efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendukung produktivitas usaha perikanan.
Dalam upaya memberikan edukasi terkait pengolahan limbah cair, tim dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di Brondong, Kabupaten Lamongan. Program ini dilaksanakan di CV. Putra Kresna dengan fokus pada pelatihan pembuatan pelet ikan Nila dan pupuk organik cair (POC) dari limbah cair proses pemindangan. Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Ir. Anies Chamidah, MP, dan melibatkan akademisi lainnya seperti Dr. M. Zainul Arifin serta Dr. Supriatna.
Dr. Anies Chamidah menjelaskan, “Melalui program ini, kami berupaya memberikan solusi pengolahan limbah cair yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi. Limbah cair yang biasanya dibuang begitu saja kini dapat diolah menjadi pelet ikan dan pupuk organik cair yang bermanfaat.”
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 (19/9/2024) dijelaskan bahwa pengabdian yang dimulai sejak 2 Agustus 2024 ini melibatkan beberapa mahasiswa FPIK UB yang terjun langsung untuk mensurvei kebiasaan pengelolaan limbah cair di UMKM di Kelurahan Brondong. Pelatihan ini mendapat dukungan dana dari DRTPM Kemdikbudristek dan mitra pelaksana adalah CV. Putra Kresna yang dipimpin oleh Bapak Firhat Syauqi, SH, serta UD. Putra Kresna yang dipimpin oleh Bapak Hadi Yarsono.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan limbah cair pemindangan adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap dampak negatif dari pembuangan limbah ke saluran umum yang bermuara ke laut. Oleh karena itu, program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pelaku usaha pemindangan serta siswa SMK Sunan Drajat jurusan Nautika Kapal Niaga, yang juga turut serta dalam pelatihan ini.
Pada kegiatan ini, tim FPIK UB memperkenalkan inovasi pengolahan limbah cair pemindangan menjadi produk bernilai ekonomis. Limbah cair diolah menjadi pelet ikan dengan menggunakan kitosan untuk mengkoagulasi cairan. Hasilnya, cairan yang jernih dapat digunakan kembali untuk keperluan produksi, sementara endapan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pelet ikan.
Pupuk organik cair (POC) juga dibuat dari sisa filtrat cairan yang diolah dengan menambahkan limbah padat karaginan dan EM 4 sebagai komposer. Setelah melalui proses fermentasi selama dua minggu, POC ini siap digunakan sebagai pupuk yang efektif untuk tanaman hidroponik, seperti sayuran pakcoy.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pelet ikan yang dihasilkan mampu meningkatkan berat badan dan mempercepat pertumbuhan ikan nila secara signifikan. Selain itu, pupuk POC juga memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan sayuran pakcoy dalam uji coba di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
Respon dari masyarakat dan peserta pelatihan sangat antusias. Para pemilik UMKM pemindangan menyambut baik inovasi ini sebagai solusi atas masalah limbah yang mereka hadapi.
“Kami sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini. Sekarang, kami lebih memahami bagaimana cara mengolah limbah cair dengan benar dan bisa mendapatkan manfaat tambahan dari produk-produk yang dihasilkan,” ujar salah satu peserta pelatihan.
Pelatihan ini juga memberikan output nyata berupa peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan limbah cair yang berkelanjutan. Selain itu, alur rujukan untuk penanganan limbah cair di wilayah Brondong mulai terbentuk melalui kerja sama dengan berbagai fasilitas kesehatan dan lembaga terkait.
Dengan adanya program ini, diharapkan pengolahan limbah cair di wilayah perikanan seperti Brondong dapat menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan, sekaligus memberikan dampak positif terhadap produktivitas perikanan dan pertanian di daerah tersebut.(din)