Kanal24, Malang – Hari ini (22/1/2025), konferensi internasional Digital Transactions in Asia VI resmi dibuka dan akan berlangsung hingga 24 Januari 2025. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Brawijaya (UB) dan University of Queensland (UQ), menghadirkan 40 peserta dari 10 negara untuk membahas isu multidisiplin terkait transaksi digital, mulai dari ekonomi hingga budaya.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UB, Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak., menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan wujud dari komitmen UB dalam memperluas kerja sama akademik dan riset internasional.
“Konferensi ini adalah salah satu realisasi dari upaya kami untuk melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Kami telah mengunjungi University of Queensland beberapa waktu lalu, dan kegiatan ini menjadi bukti dari kesepakatan yang telah kami jalin,” ujar Prof. Unti, Kamis (22/1).
Menurut Prof. Unti, tema transaksi digital yang diangkat dalam konferensi ini tidak hanya terbatas pada aspek finansial, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan budaya.
“Transaksi digital tidak hanya relevan dalam konteks ekonomi, tetapi juga berpengaruh pada interaksi sosial dan budaya masyarakat. Kami berharap hasil dari diskusi ini dapat memperkuat literasi digital masyarakat,” tambahnya.
Konferensi ini juga menjadi bagian dari upaya UB untuk mendorong riset bersama dan pengabdian masyarakat internasional. “Kami optimis acara ini membuka peluang kolaborasi baru, khususnya bagi para akademisi UB, untuk menjalin koneksi dengan peserta dari berbagai negara,” ungkap Prof. Unti.
Konferensi Digital Transactions in Asia VI menghadirkan keynote speakers terkemuka yang memberikan perspektif global tentang transaksi digital, antara lain: para pembicara kunci dalam konferensi ini menghadirkan wawasan multidisiplin tentang transaksi digital. Prof. Heather Horst dari Western Sydney University membahas perkembangan teknologi digital dalam membentuk ekosistem ekonomi dan sosial, sementara Associate Prof. Elske van de Fliert dari The University of Queensland memaparkan pendekatan multidisiplin terkait transaksi digital, termasuk dampaknya pada budaya lokal. Di sisi lain, Prof. Anang Sujoko dari FISIP Universitas Brawijaya menyoroti peran media digital dalam membangun interaksi sosial dan budaya, memberikan perspektif yang relevan dengan konteks lokal dan regional.
Konferensi ini menjadi ajang penting untuk memperkuat hubungan internasional UB. Kegiatan ini tidak hanya mempertemukan akademisi, tetapi juga membuka peluang riset bersama yang dapat dimanfaatkan di masa depan.
“Keberlanjutan kolaborasi ini sangat penting. Kami ingin memastikan bahwa jaringan yang terbentuk dari konferensi ini akan terus berkembang, baik dalam bentuk riset, studi lanjut, maupun pengabdian masyarakat,” pungkas Prof. Unti.(din)