Kanal24, Malang – Transaksi Digital kini menjadi salah satu topik strategis yang membutuhkan perhatian serius, tidak hanya dari aspek teknologi, tetapi juga dari perspektif sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Dalam International Conference on Digital Transaction in Asia IV yang digelar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB), Dekan FISIP UB, Prof. Anang Sujoko, D.Comm, menekankan pentingnya riset multidisipliner untuk mendukung kebijakan yang mampu mengatasi tantangan sekaligus memanfaatkan potensi besar transaksi digital di Indonesia.
Menurut Prof. Anang, digital transaction tidak hanya terkait aspek teknologi finansial (fintech) tetapi juga membawa implikasi yang luas. “Ketika kita berbicara tentang transaksi berbasis digital, ternyata dampaknya sangat beragam. Ada sisi positif, seperti transparansi dan efisiensi, tetapi juga ada risiko eksploitasi, seperti pada sistem transportasi online yang cenderung merugikan pekerja,” ungkapnya.
Baca juga : Dialog Intelektual Digital Transactions in Asia VI Resmi Dibuka
Prof. Anang juga menyoroti manfaat positif digital transaction, misalnya, mengurangi praktik kecurangan pada transaksi konvensional. Selain itu, platform digital memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan, mulai dari memesan makanan, transportasi, hingga pengelolaan simpanan uang. Namun, ia juga menekankan adanya tantangan serius terkait perlindungan budaya, nilai moral, dan keamanan transaksi digital.
“Transaksi digital ini seringkali belum dilengkapi dengan kebijakan yang kuat untuk melindungi masyarakat dari dampak negatifnya, seperti kekerasan seksual atau eksploitasi lainnya. Meski suprastruktur dan infrastruktur sudah tersedia, political will pemerintah dan penegakan hukum masih lemah,” jelasnya.
Baca juga : UB dan UQ Berkolaborasi, Kupas Transformasi Digital di Asia
Prof. Anang juga menekankan pentingnya peran akademisi Indonesia untuk mengembangkan riset-riset yang berfokus pada transaksi digital yang lebih aman dan bermanfaat bagi masyarakat, termasuk sektor perikanan dan pertanian. Ia berharap Universitas Brawijaya dapat berkontribusi dalam memperkuat literasi digital dan mendorong kolaborasi antarbidang ilmu.
“Literasi digital dan literasi transaksi harus diperkuat. Penelitian multidisipliner, yang melibatkan ilmu ekonomi, komunikasi, sosial, hingga sains dan teknologi, sangat diperlukan untuk menghadirkan solusi nyata. SDM Indonesia sebenarnya sangat unggul di bidang IT, tetapi harus ada kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat,” tambahnya.
Konferensi internasional ini menjadi momentum penting untuk mendiskusikan kebijakan-kebijakan strategis yang dapat menjamin keamanan transaksi digital, sekaligus memanfaatkan potensi besar teknologi untuk kesejahteraan masyarakat.(din)