KANAL24, Malang – Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 telah memasuki babak race. Sampai dengan hari ketiga kemarin (26/9/2019) sekitar 20 mobil urban dari total 35 mobil yang sudah menjajal sirkuit JSI (Jakarta Simpang Ijen). Tim kanal24 menemui koordinator tim teknis KMHE 2019, Fuad Indra Kusuma untuk mendapatkan beberapa penjelasan seputar race.
Fuad menjelaskan, setiap harinya dibuka dua shift race. Untuk shift pagi, dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB yang di bagi kembali untuk 2 kelas yakni kelas proto dan urban. Hal yang sama juga berlaku di shift siang yakni mulai dari jam 13.00-17.30 WIB.
“Mobil yang bisa ikut race, adalah mobil yang berhasil antri pertama sampai nanti last race ditutup. Jadi, kalau waktunya sudah habis, harus balik. Sistemnya siapa cepat antri dan siap mobilnya yang akan langsung race,” tambahnya.
Fuad melanjutkan, terkadang mobil peserta tidak siap karena masalah teknis yang belum terselesaikan. Seperti, lupa mengencangkan baut jadi saat jalan, lepas cakramnya. Padahal kesiapan tersebut untuk safety driver dan mobilnya juga. Setiap jenis mobil, harus menempuh 10 laps. Untuk kelas proto waktu yang ditempuh maksimal 25 menit, sedangkan kelas urban maksimal 27 menit.
“Jadi kita ada beberapa pos, mulai dari pengecekan dimensi, pos pengetahuan driver terkait dengan race sampai mekanisme kerja mobilnya itu kita tes semua. Safety juga termasuk. Total ada 10 pos, mobil yang lolos, baru dinyatakan bisa ikut antrian race,” paparnya.
Fuad juga memberikan pesan kepada tim untuk mempersiapkan mobil dari segi kinerja engine harus prima. Kemudian, untuk safety karena saat lolos pengecekan rem, akan dites lagi. Karena, pada saat peralihan dari pengecekan skrup ke pedok terdapat antrian yang memungkinkan peserta “nakal” seperti rem dimodifikasi lagi supaya mengurangi gaya gesek.
Hal tersebut terbukti, beberapa tim tidak lolos pada uji bidang miring. Padahal kalau dia lolos skrup harusnya lolos juga di uji bidang miring. Kalau tidak lolos berarti ada sesuatu yang bermasalah. Lebih lanjut, driver harus paham terlebih dahulu tentang race. Driver harus bisa beradaptasi dengan tracknya karena berhubungan dengan kapan driver harus akselerasi untuk mendapatkan efisiensi konsumsi bahan bakar, serta safety pada saat dia melewati tikungan.
Perbedaan dari KMHE 2018 dan 2019 ini, menurut Fuad yang pertama terletak pada track.
“Kalau di Padang banyak tikungan kalau di Malang hanya ada 2 tikungan tapi bentuknya U turn (putar balik). Kedua, temperature kondisi lingkungannya, kalau di Padang panas, sedangkan disini suhu lebih rendah yang otomatis berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar,” pungkas Fuad.
Peserta KKMHE tahun ini, “berperang” di segi desain. Peserta mencari bobot yang paling ringan supaya tidak menyebabkan banyak energi terserap. Hal yang lain adalah modifikasi dari segi desain bentuk dan aerodinamisnya supaya lebih lancar untuk melaju. (meg)