KANAL24, Malang – Dalam rangka penyusunan materi untuk mendidik mahasiswa dan stakeholder berkompeten dan berdaya saing global. UB bekerja sama dengan kemenristekdikti ,BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), dan LSP Pertanian Nasional menggelar workshop penyusunan skema sertifikasi kompetensi dan penyelarasan dengan kebutuhan industri pertanian. Hari ini (12/10/2019) bertempat di Fakultas Pertanian UB.
Ketua Program Pengembangan Teaching Industry UB berbasis industri benih dan produksi olahan jagung, Ir. Arifin Noor Sugiharto, Ph.D mengungkapkan kegiatan ini dipersiapkan agar kedepan, SDM berkompeten khususnya di bidang industri dari sisi pendidikan,
“UB membuat inisiasi khususnya bidang industri dari sisi pendidikan yang terkait benih. Industri ini melihat keseluruhan hulu ke hilir, bukan hanya mahasiswa atau stakeholder dari FP, FT, FTP atau yang lain. Karena industri benih, juga melibatkan beberapa elemen, seperti persoalan mesin, marketing, IT, pangan, dsb,” paparnya.
Workshop hari ini, bukan hanya diikuti oleh peserta dari FP tapi juga dari fakultas lain, universitas lain, dari kalangan petani dan Dokter. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi itu penting dan sertifikasi itu sebagai salah satu metode menunjukkan SDM yang berkompeten.
Direktur Inovasi Industri Kemenristekdikti, Ir. Santoso Yudo Warsono menambahkan, pentingnya teaching industri mampu mempertemukan aktifitas pembelajaran dan aktifitas industri.
“Teaching industri bukan industri pembelajaran, tapi proses pembelajaran bagaiamana industri dieksekusi. Bagaimana mahasiswa dan stakeholder tahu betul industri yang sebenarnya dijalankan. Sehingga, kita memberikan fasilitas kebapa Brawijaya yang memang memenuhi standard industri dan GMPnya. Begitu mahasiswa yang selesai belajar disini mendapatkan sertifikat, mahasiswa itu sudah tahu industri yang sebenarnya,” jelasnya.
Lenih lanjut, menurut Santoso ini tidak menjadi industri besar karena memang kampus tidak didesain menjadi sebuah aktifitas bisnis, tapi ia berharap teaching industri ini dengan skala tertentu, mampu membiayai dirinya sendiri. Maka, kedepan supaya industri dan inovasinya bisa berkembang, teaching industry harus bekerja sama dengan pelaku industri yang sebenarnya.
“Kedepan, kita berharap Brawijaya tetap menghasilkan riset, varietas-varietas baru. Teaching industry di UB juga haruslah berkonsep inti plasma, yang mana UB mampu memperkenalkan teknologi dan inovasi kepada masyarakat,”pungkas Santoso. (meg)