KANAL24, Malang -Dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik UB, Prof. Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT, ICWRDEP (International Converence of Water Resources Development and Environmental Protection) resmi dimulai. Seminar ini berlangsung dari tanggal 12-13/10/2019.
Tahun ketiga penyelenggaraan event 2 tahunan jurusan teknik pengairan FT UB, tema yang dipilih adalah Multi-Perspective On Water-Related Challenges. Ketua Panitia ICWRDP 2019, Dr. Eng Andre Primantyo H, ST., MT berharap seminar ini akan memberikan jawaban terkait tantangan dalam pengelolaan air menurut berbagai perspektif dan bagaimana upaya pemecahannya.
“Dari berbagai macam pengalaman di Indonesia, kita menghadapi suatu tantangan khususnya bidang sumber daya air. Kita tidak hanya melihat air sebagai air, tapi air memiliki aspek yang luas. Makanya, kita membuat topik yang mana melihat air dengan cara pandang yang multi-complex,” terangnya.
Menurut Andre, Negara ini mengalami banyak bencana yang berhubungan dengan air. Ada kekurangan air dan banjir. Harapannya dengan adanya konferensi ini, bisa mengumpulkan berbagai pihak yang memiliki concern yang sama untuk menjadikan sumber daya air lebih baik. Apakah ilmuwan atau peneliti bisa memberikan usulan atau perbaikan kepada pemangku kebijakan, yakni pemerintah.
Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Prof.(R). Dr. Ir. Anita Firmanti Eko Susetyowati, MT yang hadir sebagai keynote speakers mengungkapkan bahwa di Indonesia, masih banyak orang yang membuang sampah ke sungai.
“Kita belum mampu mengendalikan semua orang untuk membuang sampah ke tempat pembuangannya. Sehingga publik domestik yang berpengaruh ke kualitas air masih banyak. Kemudian, pengaruh dari industri. Pemerintah berusaha sangat keras untuk mengendalikan polusi, kita tau juga masih banyak industri-industri yang melanggar ketentuan kualitas air yang dibuang ke sungai yang semestinya sudah memiliki standard tersendiri,” jelasnya.(meg)
Polusi air dapat diatasi dengan melakukan treatment, misalnya adanya sarana sanitasi setiap rumah, bisa juga dibuat komunal system, atau dalam bentuk perkotaan, seperti SUDP (Surabaya Urban Development Project).
“Kemudian yang bermasalah kan bukan hanya airnya tapi juga sampahnya, mestinya dari awal sudah ada pemilahan sampah. Tapi, upaya memilah sampah adalah proses yang membutuhkan waktu untuk membiasakan masyarakat, contohnya di Italia yang membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun, kemudian Jepang dengan peraturan ketatnya dalam pemilahan sampah. Hal seperti inilah yang harus kita terapkan,” pungkas Anita.