KANAL24, Malang – Tempe menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia. Namun bagi guru besar Fakultas Teknik UB Prof. Djarot B Darmadi, tempe memiliki kenangan tersendiri.
“Tempe memiliki makna tersendiri bagi saya. Selain sebagai salah satu makanan yang disukai, tempe membantu saya menjadi Doktor di Wollonggong University,” kata Djarot.
Dalam perbincangan hangat di gedung Teknik Mesin, Djarot menceritakan bahwa sewaktu menempuh program doktor di Wollonggong University dirinya mengalami keterbatasan keuangan.
“Ya uangnya kan terbatas sementara saya disana bersama keluarga. Sehingga putar otak lah buat tempe dan dijual,” ujarnya.
Djarot bersama istri membuat tempe yang dijual kepada sesama warga Indonesia dan juga warga Malaysia yang bekerja di kota tersebut.
Pendapatan dari penjualan tempe ini membuat Djarot tidak kekurangan uang hingga lulus dari Wollonggong.
Dari kisah ini Djarot mengaku mengambil hikmah bahwa untuk mencapai sukses membutuhkan perjuangan dan selalu ada jalan keluar. Dirinya berharap mahasiswa saat ini memiliki motivasi yang kuat dalam mengejar cita-cita.
“Ya tentu untuk saat ini saya berharap mahasiswa saat ini tidak terjebak sebagai generasi strabery namun harus memiliki mental dan motivasi kuat,” lanjutnya.
Saat ini guru besar FT UB ini juga sedang mengikuti tahapan pemilihan dekan FT UB 2025 – 2030. Berkenaan dengan hal tersebut pria asal Ponorogo ini ingin mempraktekkan apa yang telah dilakukan sejak mengabdi di Departemen hingga menjadi Ketua Departemen Mesin.
Salah satunya Djarot akan menerapkan kepemimpinan partisipatif dan kolaboratif baik dalam pengelolaan anggaran maupun kerja lainnya.
Partisipasi ini penting untuk saat ini agar pola komunikasi dan kepemimpinan dapat lebih adaptif terhadap berbagai perubahan yang ada.
“Partisipasi penting untuk dimunculkan dari bawah sehingga nanti komunikasi semua civitas lebih lancar,” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya menambahkan sudah menyampaikan empat programnya sewaktu sosialisasi yang diadakan oleh panitia. Program tersebut meliputi partisipasi dan kolaborasi anggaran, publikasi, penguatan kerjasama dan peningkatan kualitas mahasiswa.
“Prinsipnya program tersebut mudah dieksekusi dengan partisipasi dan kolaborasi,” pungkasnya. (sdk)